Skip to content Skip to footer

Tentang Kami

Perjalanan Organisasi

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (BirdLife Indonesia Association) atau Burung Indonesia didirikan pada 15 Juli 2002, bertujuan melestarikan burung-burung liar di Indonesia dan habitatnya. Burung Indonesia merupakan organisasi berbadan hukum Indonesia. Dalam Kemitraan Global BirdLife International, Burung Indonesia berstatus Partner. Kemitraan Global BirdLife International mencakup 119 organisasi di seluruh dunia. Burung Indonesia adalah satu-satunya Partner BirdLife International di Indonesia.

Para pendiri Burung Indonesia terdiri dari Ani Mardiastuti, Wahjudi Wardojo, A. Sonny Keraf, Effendy A. Sumardja, Rudy Badil, Sampurno Kadarsan, dan Richard Grimmett. Ani Mardiastuti kemudian menjabat sebagai Ketua Dewan Perhimpunan yang pertama. Sukianto Lusli menjadi orang pertama yang mengisi posisi Direktur Eksekutif, sejak Burung Indonesia didirikan hingga tahun 2009. Setelah itu digantikan oleh Agus Budi Utomo yang bertugas hingga tahun 2016. Direktur Eksekutif ketiga dijabat oleh Dian Agista.

Pada lima tahun pertama, aksi konservasi Burung Indonesia dilaksanakan di Sumba, Flores, Tanimbar, Halmahera dan Sangihe-Talaud. Salah satu catatan penting pada periode ini adalah lahirnya Hutan Harapan, sebuah program inovatif menyambut terbitnya peraturan terobosan dari Pemerintah Republik Indonesia, yakni restorasi ekosistem di hutan produksi. Hutan Harapan bertujuan untuk menyelamatkan hutan dataran rendah Sumatera yang tersisa. 

Pada periode selanjutnya, aksi konservasi Burung Indonesia berkembang ke wilayah baru, termasuk Gorontalo. Program Kemitraan Wallacea pun dimulai. Program yang dilaksanakan bersama 102 organisasi masyarakat sipil di Sulawesi, Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku ini telah memperluas cakupan geografis aksi konservasi Burung Indonesia. Lokasi aksi konservasi pada program ini tidak terbatas pada ekosistem darat, tapi juga ekosistem pesisir dan laut serta ekosistem perairan tawar.

Menjelang dekade kedua sejak didirikan, Burung Indonesia mulai membangun kewirausahaan konservasi yang bertujuan turut mendorong pembangunan ekonomi di lokasi-lokasi penting bagi keragaman hayati dan menopang keberlanjutan pendanaan jangka panjang organisasi. Program Jawa dimulai dengan kegiatan pelestarian spesies dan habitat burung-burung kicau di Jawa bagian barat. Identifikasi Daerah Penting bagi Burung dan Keragaman Hayati Papua juga telah dimulai. Aksi konservasi pada ekosistem pesisir dan laut telah berkembang. Pada periode ini, era keanggotaan Burung Indonesia dimulai, tepatnya pada 15 Juli 2017.

Memasuki dekade kedua, aksi konservasi pada ekosistem pesisir dan laut telah jauh berkembang, termasuk mencakup perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Banggai dan Teluk Tomini. Bersama pemerintah daerah dan masyarakat setempat, Burung Indonesia juga terus mengembangkan berbagai pendekatan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan pada lokasi-lokasi ekosistem darat. Salah satu capaian yang penting untuk dicatat adalah keberhasilan Koperasi Serba Usaha Bentang Alam Mbeliling di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur mendapatkan sertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.

Kegiatan keanggotaan dan partisipasi publik, termasuk yang dilakukan secara berkala sejak 2017, meliputi Asian Waterbird Census, Raptor Migratory Watch, Merayakan Keragaman Burung di Indonesia, Nature Trip, dan Tea Time with Burung Indonesia.

Pada 15 Juli 2021 dilaksanakan Rapat Anggota pertama sejak dimulainya era keanggotaan. Salah satu keputusan yang diambil dalam rapat ini adalah disetujuinya susunan Dewan Pengurus Perhimpunan yang dipimpin oleh Nuning S. Barwa dan Dewan Pengawas Perhimpunan yang diketuai oleh DR. R. Boedi Mranata. Kantor Perhimpunan Burung Indonesia saat ini dipimpin oleh Dian Agista sebagai Direktur Eksekutif.

Pada 15 April 2023, Burung Indonesia pindah ke kantor milik sendiri yang terletak di wilayah Bogor Timur, Kota Bogor. Per Desember 2023, pekerja Kantor Perhimpunan Burung Indonesia berjumlah 89 orang yang bertugas tersebar di Kantor Perhimpunan di Bogor, maupun di lokasi-lokasi kerja di Sumba (berpusat di Pondok Kerja Anakalang, Sumba Tengah), Flores (Pondok Kerja Roe, Manggarai Barat), Gorontalo (Pondok Kerja Marisa, Pohuwato), Banggai, Sangihe, dan Halmahera. Tim Manajemen Kantor Perhimpunan, berisi Direktur Eksekutif dan pimpinan unit kerja serta pekerja senior, beranggotakan Dian Agista, Adi Widyanto, Henny Sembiring, Muhammad Meisa, dan Ria Saryanthi.

Visi

Menjadi organisasi konservasi burung terdepan di Indonesia, dan dengan dukungan masyarakat Indonesia berupaya melestarikan seluruh spesies burung dan habitatnya.

Misi

  1. Menjaga keragaman burung di Indonesia dan habitatnya.
  2. Bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai pembangunan yang lestari.
  3. Berupaya membangun apresiasi, pemahaman, kepedulian, serta kecintaan pada burung dan lingkungan.

Area Kerja

Tujuan Strategis

1 Aksi konservasi berbasis ekosistem daratan dan pesisir-lautan yang efektif memperkuat perlindungan spesies dan habitat burung penting.

2Meningkatnya partisipasi publik dalam aksi dan diskursus pelestarian burung dan habitatnya.

3 Kewirausahaan yang kuat menopang aksi konservasi dan pengembangan organisasi

id_ID