Skip to content Skip to footer

BIA Award 2023: Pejuang Konservasi dari Banggai Kepulauan

  • Daratan Banggai Kepulauan didominiasi oleh ekosistem karst yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air dan menjadi habitat bagi satwa-satwa langka dan endemis.
  • Pemerintah daerah setempat banyak melahirkan kebijak-kebijakan yang mendukung pelestarian ekosistem karst, mangrove, dan juga pesisir serta laut, sekaligus berupaya meningkatkan penghidupan masyarakat.
  • Ferdy Salamat mendukung rancangan model-model upaya konservasi sekaligus mendorong kebijakan daerah yang berperan besar dalam memperkokoh upaya melestarikan keragaman hayati di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Ferdy Salamat, penerima BirdLife Indonesia Association Award 2023 (Foto: Burung Indonesia/Kukuh Akhfa)

Tersemat di antara Pulau Sulawesi dan Laut Maluku, Banggai Kepulauan kerap luput dari lirikan mata. Wilayah lautnya, yang luasnya lima kali lipat wilayah daratannya, terdiri dari gugusan 121 pulau beragam ukuran. Karena terletak di Segitiga Terumbu Karang dan Kawasan Wallacea, kekayaan hayati Banggai Kepulauan tidak hanya unik dan beragam, tetapi juga endemis. Hal ini direfleksikan dengan banyaknya Daerah Penting bagi Keragaman Hayati (Key Biodiversity Area/KBA), yang berkontribusi secara signifikan terhadap kelestarian keanekaragaman hayati secara global, di wilayah ini: enam KBA darat dan tiga KBA laut.

Ekosistem karst mendominasi Banggai Kepulauan, mencapai 85% dari luas total daratannya, dengan ketebalan mencapai 900 mdpl. Inventarisasi di tahun 2017 mencatat ada 17 gua, tujuh danau karst, dan 112 mata air karst yang tersebar di sana, termasuk gua berair, sungai bawah tanah, atau danau gua yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air atau menjadi habitat satwa.

Meskipun terlihat tidak subur di permukaannya, kawasan karst adalah penopang kehidupan. Kawasan ini didominasi batuan gamping yang mengalami karsifikasi atau proses pelarutan yang berlangsung selama jutaan tahun, sehingga menghasilkan bentangan alam kawasan karst yang berciri adanya rongga bawah permukaan. Hal ini menjadikan karst sebagai reservoir air bawah tanah raksasa yang memiliki sistem drainase sendiri, dan kunci untuk mengetahui sistem hidrologi kawasan.

Karena memiliki formasi geologis unik dan kompleks, ekosistem karst adalah habitat penting bagi beragam flora dan fauna khas, langka dan endemis, kawasan mineral tak terbarukan, tempat penelitian penelitian berbagai disiplin ilmu pengetahuan, juga tempat rekreasi dan wisata. Keberadaannya juga vital sebagai sumber-sumber penghidupan masyarakat sekitar.

Berdasarkan survei keanekaragaman hayati, Burung Indonesia mencatat spesies endemis seperti gagak banggai (Corvus unicolor), celepuk banggai (Otus mendeni) dan tarsius peling (Tarsius pelengensis) ditemukan di Pulau Peling, pulau terbesar di Banggai Kepulauan. Spesies endemis lain ini adalah ikan capungan banggai (Pterapogon kauderni), yang berstatus Genting (Endangered/EN) berdasarkan Daftar Merah IUCN. Sejumlah faktor, seperti pemanfaatan sumber daya alam dan biota yang berlebihan, menghambat perlindungan jangka panjang spesies-spesies ini sehingga diperlukan perlindungan habitat dan pengelolaan ekosistem yang lebih baik.

Salah satu figur yang telah berkontribusi untuk perlindungan dan pengelolaan hayati di Banggai Kepulauan adalah Ferdy Salamat. Pria kelahiran Palu, 22 April 1977 ini menuntaskan studi Magister Pengelolaan Lingkungan di Universitas Gadjah Mada, dan saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai Kepulauan.

Selama bertugas, Ferdy berhasil merancang model-model upaya konservasi yang telah direplikasi di berbagai wilayah. Ia juga mengembangkan dan mendorong kebijakan dan regulasi daerah yang berperan besar dalam memperkokoh upaya melestarikan keragaman hayati di Kabupaten Banggai Kepulauan.

Upayanya mereplikasi skema pembangunan berkelanjutan berhasil diwujudkan melalui pengelolaan Taman Kehati Kokolomboi seluas 10 ha, yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Banggai Kepulauan nomor 399 tahun 2013. Saat ini operasional Taman Kehati dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Banggai Kepulauan bersama pihak-pihak terkait.

Pada 2015, ia berperan dalam pengelolaan ekosistem mangrove serta aksi-aksi konservasi di tingkat desa melalui Program Kampung Iklim (ProKlim) dan rehabilitasi mangrove, serta membuka ruang pelibatan LSM dan swasta. Pelaksanaan aksi-aksi ini pun dikukuhkan dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 8 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove yang proses penerbitannya turut didukung olehnya.

Direktur Eksekutif Burung Indonesia Dian Agista menyerahkan penghargaan BIA Award kepada Ferdy Salamat (Foto: Burung Indonesia)

Ferdy juga berhasil mendorong pengesahan kebijakan untuk perlindungan dan pengelolaan ekosistem karst termasuk penetapan kawasan bernilai penting bagi konservasi keanekaragaman hayati, yang dikokohkan dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 16 tahun 2019 dan Keputusan Bupati Banggai Kepulauan Nomor 224 tahun 2022. Keberhasilannya melembagakan regulasi pelarangan perburuan satwa endemis, yang terwujud dalam Instruksi Bupati Banggai Kepulauan nomor 1 tahun 2023 telah menguatkan perlindungan kekayaan hayati yang berharga, sekaligus mendukung keberlangsungan kehidupan di Banggai Kepulauan yang tak terpisahkan dari ekosistem karst.

Prinsip pengawetan, perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan juga berhasil diterapkan, di antaranya melalui pengaturan penggunaan sumber daya alam melalui kebijakan dan regulasi untuk mencegah pengambilan sumber daya yang berlebihan, melindungi spesies-spesies yang terancam punah melalui program konservasi dan pemulihan habitatnya, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup melalui kampanye, sosialisasi, dan edukasi bersama kelompok adat, LSM, dan pihak swasta serta BUMN.

Konservasi adalah kerja sinergis berbagai pihak. Ferdy mengintensifkan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk partisipasi pihak swasta dalam pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati di Banggai Kepulauan. Sebagai bagian dari aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta penurunan emisi gas rumah kaca, ia melibatkan masyarakat di 40 desa dalam ProKlim yang akan berlangsung sampai 2024, di mana 35 desa di antaranya telah terdaftar di Sistem Registri Nasional (SRN). Ia juga berkontribusi dalam penggunaan praktik pertanian yang berkelanjutan dan bertanggung jawab secara lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati melalui implementasi arahan pemanfaatan dan pengembangan ekosistem dan keanekaragaman hayati berdasarkan ekoregion Banggai Kepulauan. Dengan dedikasi dan kecintaannya kepada alam, serta deretan keberhasilannya dalam mengelola dan mensinergikan upaya strategis konservasi alam dengan berbagai pihak, maka Burung Indonesia menganugerahkan BirdLife Indonesia Association (BIA) Award 2023 kepada Ferdy Salamat. Semoga apresiasi ini menginspirasi lahirnya pejuang-pejuang konservasi lain tak hanya di Banggai Kepulauan, tetapi juga di seluruh Nusantara.

id_ID