Bertepatan pada 15 Juli 2020, Perhimpunan Pelestarian Burung Indonesia memasuki usia 18 tahun. Sebuah angka yang memiliki makna tersendiri sekaligus menjadi refleksi untuk tidak lelah mengupayakan kelestarian burung dan habitatnya di Nusantara sejalan dengan misi awal lahirnya organisasi.
Pencapaian panjang organisasi dimulai dengan lahirnya Burung Indonesia pada 15 Juli 2002 dengan misi melestarikan burung dan habitatnya. Pulau Sumba adalah medan kerja pertama dengan kegiatan pemfasilitasan Kesepakatan Pelestarain Alam Desa (KPAD) dan tata batas taman nasional secara partisipatif di Sumba. Keberhasilan menjaga habitat julang sumba dan kakatua sumba ternyata tak membuat Burung Indonesia berpuas diri dan meluaskan bentangan sayap ke Halmahera dengan memfasilitasi pengelolaan multipihak Taman Nasional Aketajawe Lolobata pada 2004. Pada tahun yang sama pula, sebuah harapan muncul dengan diresmikannya restorasi ekosistem di hutan produksi sebagai instrumen pengelolaan hutan di Indonesia dengan ditetapkannya peraturan tentang Restorasi Ekosistem (RE) oleh Kementerian Kehutanan (sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Sebagai sebuah organisasi, badan hukum ibarat sebuah pondasi. Pada 2005, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengesahkan Burung Indonesia sebagai organisasi berbadan hukum. Menginjak usia 5 tahun, tepatnya pada 2007, bentangan sayap Burung Indonesia semakin meluas dengan terbitnya Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) pertama di Indonesia sekaligus menandai lahirnya Hutan Harapan. Sementara itu di tanah Sumba, upaya konservasi kian masuk ke dunia pendidikan dengan mengenalkan pelestarian burung dan habitatnya melalui buku muatan lokal.
Kepak sayap tak berhenti pada titik itu, pengenalan burung-burung terancam punah pun dilakukan dengan cara yang unik. Pada 2009, bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan PT Pos Indonesia dua tahun setelahnya perangko edisi pertama burung-burung di Sumatera diluncurkan.
Lima tahun berselang, inovasi yang dilakukan Burung Indonesia dalam upaya konservasi dan perlindungan ekosistem di Indonesia mendapatkan apresiasi. Bertempat di Sidney, Australia, Kenton Miller Award pun diraih dan menegaskan posisi organisasi dalam hal restorasi ekosistem di Indonesia. Masih di tahun yang sama, Burung Indonesia berhasil melahirkan Rencana Strategis Bentang Alam Mbeliling setelah melalui proses fasilitasi yang cukup panjang.
Sebagai sebuah organisasi konservasi, Burung Indonesia pun sadar akan pentingnya dukungan langsung publik dalam upaya pelestarian burung dan habitatnya. Untuk itu pada 2017, program keanggotaan pun diluncurkan yang dilanjutkan dengan capaian baru pada tahun berikutnya.
Pada 2018, secara resmi Burung Indonesia menjadi mitra penuh BirdLife International bersaman dengan dimulainya inisiasi priority setting konservasi di Papua. Hal lain yang menggembirakan yaitu dimulainya era kewirausahaan yang ditandai dengan berdirinya badan usaha di Gorontalo. Tak lupa pada tahun yang sama, setelah bertahun-tahun bekerja di kawasan Wallacea, Burung Indonesia kembali menapakkan kaki di Jawa dengan memulai survei keanekaragaman hayati di hutan pegunungan Jawa bagian barat. Hal ini semakin menegaskan komitmen organisasi dalam melestarikan burung dan habitatnya bersama-sama dengan publik.
Tahun 2019 diwarnai dengan terbitnya buku “Inspirasi dari Wallacea” yang berisi kisah-kisah inspiratif dari Program Kemitraan Wallacea. Bersamaan dengan terbitnya buku tersebut, untuk pertama kalinya Burung Indonesia memberikan penghargaan “BirdLife Indonesia Association Award” kepada tokoh-tokoh inspiratif yang tak lelah berjuang melestarikan alam Nusantara.
Melihat lagi perjalanan organisasi yang telah bekerja belasan tahun dengan capaian-capaian yang begitu membanggakan tak lantas membuat kami berpuas diri lalu berhenti. Komitmen melestarikan burung dan habitatnya bersama masyarakat akan terus dijalankan seiring dengan mimpi besar bahwa alam Nusantara akan terus lestari. Kami pun optimis bahwa upaya pelestarian lingkungan ini akan terus berlangsung dan senantiasa mendapatkan dukungan penuh dari semua pihak, tanpa terkecuali. (ARI)