Buku panduan lapangan Burung-burung Pulau Paparan Sunda dan Wallacea di Kepulauan Indonesia resmi diluncurkan secara daring, Senin (31/10). Peluncuran buku yang disadur dari Birds of the Indonesian Archipelago (BoIA) Edisi Kedua ini juga disertai dengan diskusi yang menghadirkan Bas van Balen (penulis buku), Pramana Yuda (penyunting dan penerjemah buku), dan Dian Agista (Direktur Eksekutif Burung Indonesia).
Bas van Halen mengatakan, ada beberapa fase yang dilewati dalam penyusunan buku Burung-burung Pulau Paparan Sunda dan Wallacea di Kepulauan Indonesia. Pertama, memakai revisi dari buku BoIA, kedua melakukan penyusunan, penerjemahan, dan penciptaan nama spesies burung dalam bahasa Indonesia. Lalu pada tahap ketiga membentuk tim sukarelawan yang bertugas sebagai penerjemah.
“Tahap keempat yang merupankan fase terakhir ialah penyuntingan, kami dibantu oleh Pak Soekarja Somadikarta, Pramana Yuda, dan Boas Emmanuel,” katanya.
Ia juga menjelaskan, buku panduan lapangan ini memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan BoIA. Panduan pengidentifikasian telah dilengkapi, terutama pada spesies yang sangat mirip seperti elang dan burung-burung yang baru dipisahkan taksonominya. Uraian taksonomi sudah disesuaikan dengan status spesies burung teraktual. Peta diperbarui dengan format presentasi yang baru seperti Pulau Paparan Sunda, Wallacea, dan Nusa Tenggara.
“Sepuluh spesies baru yang dulu belum diberikan nama, saat ini sudah diberikan dan terdapat di buku Burung-burung Pulau Paparan Sunda dan Wallacea di Kepulauan Indonesia,” jelasnya.
Pramana Yuda memaparkan, sebanyak 37 orang terlibat dalam proses penerjemahan buku ini. Menurutnya, banyak pengamat burung yang bersedia secara sukarela menjadi penerjemah, terutama bagian deskripsi spesies.
“Saya menerima hasil terjemahan yang sangat bervariasi, bahkan ada sukarelawan yang melebihi tugasnya sebagai penerjemah, yakni memberi masukan dan perbaikan pada teks aslinya,” imbuhnya.
Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu juga menyebutkan, proses penerjemahan buku ini merupakan bukti nyata dari kegiatan sains warga (citizen science). Menurutnya, sukarelawan yang berpartisipasi dalam proses penerjemahan dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam penelitian dan aksi konservasi burung.
Pada kesempatan yang sama, Dian Agista menyampaikan, keberadaan buku Burung-burung Pulau Paparan Sunda dan Wallacea di Kepulauan Indonesia merupakan kerja sama antara Burung Indonesia, VBN, BirdLife International, Oriental Bird Club, dan March Conservation Fund. Buku tersebut diterbitkan oleh Lynx Edicion—kini berganti nama menjadi Alada—dari Barcelona, Spanyol.
“Penerbit mengatakan buku hanya dicetak di Barcelona, di tempat yang mereka percayai. Nah itu menimbulkan tantangan tersendiri,” jelasnya. Buku panduan tersebut dapat dibeli di situs, Instagram, dan Tokopedia Burungshop dengan harga Rp300.000.