Skip to content Skip to footer

Burung: Satwa dengan Barbagai Mitos

arus diakui, burung adalah contoh satwa yang teramat dekat dengan kehidupan manusia. Begitu dekatnya burung dengan manusia, banyak aspek dalam kehidupan manusia yang dikaitkan dengan aktivitas burung. Singkatnya, aktivitas burung bisa dijadikan perlambang atau pertanda akan datangnya berbagai kejadian.

Ada banyak contoh perilaku burung yang kerap diartikan sebagai pertanda akan terjadi suatu hal di masyarakat. Misalnya, burung perenjak jawa (Prinia familiaris) yang mengoceh di depan rumah dapat diartikan sebagai pertanda akan ada tamu, akan ada kejadian kebakaran, atau akan ada rezeki tak terduga. Kicauan burung wiwik kelabu (Cacomantis merulinus) malah bikin hati kebat-kebit karena bisa diartikan akan ada kematian. Begitu pula datangnya gagak atau gagak kampung (Corvus macrorhynchos) juga bisa diartikan sebagai penjemput ajal.

Masih banyak lagi contoh-contoh yang lain, yang tidak hanya terjadi di Indonesia, khususnya Jawa, tetapi juga di mancanegara. Toh, banyak rumah lain yang tidak didatangi perenjak tetap didatangi oleh tamu. Ini artinya, segala teori yang mengaitkan perilaku burung dengan berbagai kejadian itu hanya sebatas mitos, atau kepercayaan yang diyakini bersama oleh masyarakat tanpa ada pembuktian ilmiah.

Perenjak jawa

Perenjak jawa biasa ditemukan di hutan bakau dan areal terbuka terutama di kebun. Suaranya kerap dipercaya menjadi pertanda akan datangnya kejutan yang menyenangkan. Namun, konon suaranya juga bisa berubah menjadi tanda bahaya atau tak menyenangkan. Memang, umumnya perenjak bersuara ribut bersama kawanannya saat mencari mangsa di tanah sampai pucuk pohon.

Burung yang umumnya berwarna cokelat, kuning, dan hijau ini sangat lincah memburu mangsa di antara dedaunan. Seperti jenis-jenis burung berkicau lainnya, ancaman terbesar yang dihadapi burung ini adalah penangkapan untuk diperdagangkan. Kondisi ini diperparah dengan habitat yang menyusut, terutama di perkotaan.

Perenjak jawa (Foto: Burung Indonesia/Kukuh Akhfad)

Wiwik kelabu

Suara burung ini kadang kala memang membuat bulu kuduk berdiri. Mula-mula naik nadanya, kemudian turun ketika memekik. Konon, suara ini adalah pertanda bahwa sebentar lagi akan datang malaikat maut, tepat di tempat si wiwik memekik tadi.

Kicauan wiwik kelabu sebenarnya tidak perlu terlalu ditakuti karena suaranya tergantung pada suasana hatinya sendiri. Pada musim hujan, suaranya jadi murung. Nada suaranya rendah atau menurun, seperti orang kecewa. Sementara pada saat suasana cerah dan ketersediaan pakan melimpah, burung ini sangat girang sehingga nada suaranya pun ikut riang. Nyanyian hati yang berbunga-bunga ini diocehkan berulang kali sampai membuat gemas pendengarnya.

Nah, suara yang ditakuti manusia sebenarnya terjadi karena suasana hati wiwik kelabu yang sedang mendung seperti cuaca saat itu. Kicauannya memang jadi terdengar menyedihkan. Bunyi sedih itu pula yang oleh orang Jawa dijadikan pertanda akan ada orang meninggal.

Wiwik kelabu (Foto: Burung Indonesia/Kukuh Akhfad)

Gagak kampung

Burung ini juga ketiban rezeki disebut-sebut sebagai peramal maut yang ulung. Dahulu kala, jika ada burung gagak kampung berkaok-kaok di sekitar rumah, pemilik rumah yang percaya akan mitos kehadiran burung ini, dapat menyebabkan kekhawatiran karena dipercaya sebagai pertanda ajal akan segera menjemput. Teriakan rendah dan berat pun jadi mimpi buruk penduduk.

Mungkin, satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah gagak kampung memang paling akrab dengan bangkai. Begitu ada bangkai, rombongan gagak akan langsung datang berbondong-bondong mengerubuti bangkai itu. Jadi, kedatangan gagak di perkampungan atau sekitar perumahan diindikasikan sebagai ramalan bahwa di tempat itu ada atau bakal ada makhluk yang jadi bangkai. Alhasil, semua orang ketakutan dijemput maut dan mengusir si gagak agar jauh-jauh dari rumahnya.

Gagak kampung (Foto: Burung Indonesia)

Burung hantu

Di Indonesia, burung hantu banyak sekali dikaitkan dengan berbagai mitos yang menyeramkan atau singkatnya, burung ini doyan dekat-dekat dengan hantu atau setan sehingga suaranya jadi pertanda keberadaan hantu. Tapi ternyata, burung hantu ini tak hanya terkenal sebagai raja mitos di negeri ini, melainkan juga di mancanegara.

Konon, di India, suara burung hantu bisa jadi pertanda akan datangnya kematian. Namun, di negeri itu, burung hantu juga kondang sebagai penyembuh penyakit jantung. Sementara itu, di masa Yunani kuno lain lagi, kalau ada burung hantu yang terbang mengitari pasukan yang tengah berperang, maka pasukan itu dijamin bakal menang.

Usut punya usut, burung hantu adalah nama yang diberikan kepada kelompok burung yang aktif pada malam hari. Terbangnya sama sekali tidak berisik alias nyaris tanpa suara, meluncur saja seperti hantu. Orang awam atau nenek-kakek kita dulu menyangka burung ini bisa terbang seperti hantu karena berkawan dengan hantu.

Di dunia ini, ada beragam burung hantu, ada yang namanya serak (Tyto sp.), ada yang namanya celepuk (Otus sp.), ada pula yang disebut jampuk (Bubo sp.). Tapi yang jelas, semuanya memiliki ciri khas yakni aktif di malam hari, bisa terbang nyaris tanpa suara, matanya menghadap ke depan seperti mata manusia dengan bola mata besar yang selalu melotot, serta kepalanya bisa berputar hingga 230 derajat.

Kukuk seloputo (Foto: Burung Indonesia/Kukuh Akhfad)

Cerita tentang raja-raja mitos ini memang tak ada habisnya. Namun, alih-alih memperpanjang perkara mitos yang tiada hentinya itu, lebih baik menambah pengetahuan kita tentang khazanah burung di Nusantara yang unik. Mitos boleh terus melegenda dalam masyarakat, tapi ornitologi harus terus berkembang dan jangan terpaku pada mitos tanpa pembuktian ilmiah.

Search

Burung Indonesia adalah anggota kemitraan global BirdLife International
© 2022 Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia)

en_USEnglish