Gelatik jawa (Lonchura oryzivora) merupakan burung endemis Pulau Jawa, Bali dan Madura. Jenis ini telah diintroduksi di berbagai tempat dan mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya di banyak bagian di dunia. Gelatik jawa biasanya mudah ditemukan di lahan-lahan terbuka seperti lahan pertanian, pekarangan rumah, hingga wilayah perkotaan. Jenis ini juga kerap ditemukan berada di hutan bakau dan pesisir pantai.
Musim berkembang biaknya dimulai dari Februari hingga Agustus. Struktur tempatnya bersarang berasal dari rumput-rumput kering, biasanya dibangun di bawah atap bangunan dan rongga pohon. Burung pemakan biji-bijian ini biasanya mudah tertarik dengan umpan makanan yang kerap disimpan manusia di halaman belakang rumah. Gelatik jawa juga biasanya kerap ditemui sedang mencari makanan di atas tanah dan sering berada dalam satu kumpulan besar di areal persawahan.
Baca juga: Hilangnya Hutan dan Bertambahnya Keterancaman Burung di Indonesia
Meski dikenal dekat dengan lingkungan kehidupan manusia, gelatik jawa menjadi salah satu spesies burung dengan tingkat keterancaman yang tinggi. Popularitas burung kecil dan cantik sebagai satwa peliharaan sudah berlangsung dalam waktu lama. Bahkan, karena tampilan fisiknya yang menarik dan suaranya yang unik serta kemampuannya bermanuver ketika berada di kandang banyak menarik perhatian anak-anak untuk memeliharanya.
Popularitas gelatik jawa sebagai burung peliharaan rupanya menyebabkan aktivitas perburuan yang semakin intens terjadi karena tingginya permintaan pasar. Hal tersebut menjadi salah satu motor penggerak penurunan populasi gelatik jawa di alam. Jika belum ada regulasi yang melindungi burung ini dari penangkapan, masalah ini tampaknya akan terus berlanjut. Sejak 1994 hingga kini, IUCN menetapkan gelatik jawa sebagai satwa yang rentan (Vulnerable/VU) terhadap kepunahan.
Baca juga: Si Putih dari Maluku Utara
Penangkapan gelatik jawa untuk memenuhi kebutuhan pasar burung peliharaan baik di wilayah domestik dan internasional diperkirakan sudah terjadi sejak lama. Puncaknya terjadi pada dekade 1960-an hingga 1970-an. Kebiasan gelatik jawa berhimpun di satu pohon menyebabkan rentannya jenis ini untuk ditangkap secara massal.
Di kalangan petani di Indonesia, gelatik jawa sering dianggap hama pertanian karena kerap memakan tanaman padi dan menyebabkan maraknya penangkapan jenis ini. Selain itu, kompetisi secara ekologis dengan burung gereja (Passer montanus) diperkirakan juga menjadi salah satu alasan mengapa populasi gelatik jawa semakin menurun. (MEI)
Publikasi terkait: [Mongabay Indonesia] Gelatik, Sempurnanya Gerakan Burung Pada Pesawat Udara
***
Gelatik jawa menjadi objek untuk tema Wallpaper Burung Indonesia April 2017. Bantu kami meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keberadaan burung terancam punah ini. Sila unduh di tautan berikut: Wallpaper Gelatik Jawa.