Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya (KNKBBH) bersama Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan Lokakarya Pengembangan Rencana Strategis Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya di Indonesia yang berlangsung di Kota Bogor pada Selasa, 27 November 2018. Lokakarya ini bertujuan untuk mengkaji dan merumuskan berbagai kegiatan tingkat nasional terkait dengan pelestarian burung bermigrasi dan habitatnya.
Para pihak yang terlibat dalam lokakarya ini memaparkan beragam gagasan terkait konservasi burung air bermigrasi serta perlindungan dan pengelolaan habitatnya di dalam maupun di luar kawasan konservasi. Menurut Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK, Drh. Indra Exploitasia, salah satu elemen penting dari kemitraan ini adalah lahirnya mekanisme dan panduan dalam pelestarian burung bermigrasi dan habitatnya.
“Pemerintah Indonesia sejak awal telah turut aktif menggalang koordinasi dalam penyusunan strategi dan prioritas konservasi burung bermigrasi dan habitatnya, serta mendukung kerja sama internasional di jalur terbang Asia Timur-Australasia,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua KNKBBH Ferry Hasudungan mengatakan saat ini ada delapan ‘flyway‘ atau ‘jalur terbang’, salah satu di antaranya adalah jalur terbang Asia Timur-Australasia. Jalur terbang ini membentang mulai dari belahan bumi utara, Timur Jauh Rusia hingga Alaska, menuju ke selatan melalui Asia Timur dan Asia Tenggara, hingga ke Australia dan Selandia Baru melewati 22 negara. Jalur terbang ini merupakan rumah bagi sekitar 50 juta burung air migran dari 250 populasi berbeda, termasuk 28 jenis yang terancam punah secara global.
Kerja sama melalui jaringan internasional di sepanjang jalur migrasi sangat diperlukan. Sedangkan di tingkat nasional, sinergitas antar daerah penting untuk mendukung upaya pelestarian kelompok burung bermigrasi, termasuk kerja sama antara pemerintah beserta para pihak.
“Selama musim migrasi, berbagai jenis burung air menjadikan lahan basah produktif sebagai “rumah sementara” untuk beristirahat dan makan, mengumpulkan enerji untuk meneruskan perjalanan migrasi mereka. Sedangkan kelompok jenis burung pemangsa dan burung hutan sangat bergantung pada kondisi hutan yang baik dan menyediakan makanan di sepanjang jalur migrasinya,” ujar Ferry yang bekerja sebagai Biodiversity Conservation Specialist Burung Indonesia (Sekretariat KNKBBH).
Kemitraan ini diharapkan tidaknya menjadi wadah bagi inisiatif pelestarian burung-air bermigrasi, tetapi juga dapat menjadi media untuk berkoordinasi, bersinergi, dan berbagi gagasan terkait upaya pelestarian burung bermigrasi lainnya, seperti kelompok burung pemangsa (raptors), burung laut (sea bird), burung terrestrial, dan juga burung hutan (forest bird).