Skip to content Skip to footer

ABI Birding, Kunci Gerbang Pelesir Burung di Flores (Bagian 1)

Samuel Rabenak sedang sibuk membalas surel saat kami tiba di kantor Burung Indonesia Program Flores beberapa waktu lalu. Seorang pengamat burung dari luar negeri menanyakan rencana perjalanannya ke sejumlah lokasi di Mbeliling, sekitar 48 km dari Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat.

Om Sam—panggilan akrabnya—sambil menurunkan kacamata ke daun hidung mengembuskan nafas panjang. “How are you my friend? Jadwal padat sampai akhir tahun,” katanya kepada kami. Om Sam memang penutur bahasa Inggris yang baik. Maklum, hampir semua tamunya berasal dari luar negeri. Tentu saja, ia belajar secara otodidak, sama seperti kemampuannya mengamati burung, khususnya burung-burung endemis Flores.

Aktivitas pengamatan burung yang dilakukan Om Sam saat ini tak lepas dari ABI Birding, unit usaha Burung Indonesia yang berdiri pada 2016. ABI Birding melayani aktivitas pengamatan burung di wilayah kerja Burung Indonesia seperti di Flores, Sumba, dan lainnya. Sebagai seorang pemandu (birdguide), Om Sam telah mengantongi lokasi-lokasi khusus untuk mengamati burung-burung endemis Flores ataupun beragam jenis burung sebaran terbatas. Maka tak perlu heran jika ia berani menjamin setiap tamunya dapat mengamati burung-burung yang masuk daftar pengamatan mereka.

Pada Maret 2016—periode awal kegiatan ABI Birding—ia mengatakan telah menjelajahi sejumlah lokasi seperti Pota Wangka, Pulau Komodo, Danau Sano Nggoang, Mbeliling, Ruteng, Kisol, bahkan hingga Bajawa dan Kelimutu. Umumnya, lokasi pengamatan burung memang dilakukan di sekitar wilayah Kabupaten Manggarai Barat.

Manggarai Barat memiliki keragaman hayati yang kaya, khususnya burung. Dari lima jenis burung endemis Flores, hampir keseluruhannya tersebar di kawasan ini, yakni kehicap flores (Symposiachrus sacerdotum), celepuk flores (Otus alfredi), serindit flores (Loriculus flosculus), gagak flores (Corvus florensis), perkici flores (Trichoglossus weberi), dan satu jenis sebaran terbatas berstatus Kritis: elang flores (Nisaetus floris). Sebagian besar jenis burung tersebut berada di bentang alam Mbeliling, yang juga menjadi sumber air bagi masyarakat di Manggarai Barat.

Menurutnya, sebagai seorang birdguide, ia mesti terlebih dahulu melakukan survei sebelum memenuhi permintaan para birdwatcher tentang jenis target yang ingin mereka lihat secara langsung. Di sekitar kota Labuan Bajo saja, pada 2016 lalu, sejumlah burung khas Wallacea berhasil teramati seperti srigunting wallacea (Dicrurus densus), celepuk maluku (Otus magicus), kacamata wallacea (Zosterops wallacei), hingga gagak flores.

“Tahun 2016, pengamat burung dari luar negeri mulai berdatangan Maret sampai November 2016. Biasanya hanya satu hari ke Pulau Komodo dan Rinca untuk melihat langsung komodo. Tapi kebanyakan waktunya untuk mengamati burung dan melihat langsung perbedaan tipe kawasan hutan kedua pulau tersebut,” katanya.

Menengok daftar jenis burung di setiap lokasi yang menjadi tujuan para birdwatcher, tiong emas (Gracula religiosa) dan serindit flores adalah jenis yang paling jarang teramati. Om Sam mengungkapkan, perjumpaannya dengan tiong emas selama 2016 hanya terjadi dua kali, yakni di sekitar Danau Sano Nggoang dan Pota Wangka, Manggarai Barat. “Sedangkan serindit flores hanya sekali kami jumpai di Pota Wangka dan Pagal pada Mei 2016. Punai flores lebih mudah ditemukan di daerah Mauponggo dan Jalan Trans Flores Ende-Moni,” ujarnya.

Tamu ABI Birding memang terbilang unik. Meski sebagian hanya penghobi birdwatching dan fotografer, namun para peneliti pun turut menggunakan jasa Om Sam untuk mencari jenis-jenis burung endemis Flores. Maka tidak berlebihan jika sosoknya adalah salah satu “kunci” untuk melihat langsung jenis-jenis unik tersebut, sekaligus tipe habitatnya.

Richard Noske, dosen sekaligus peneliti burung asal Australia juga sempat menggunakan jasanya. Noske adalah penemu sejumlah jenis burung di Nusa Tenggara; temuannya termuat di buku Panduan Burung-burung di Wallacea, buku yang selalu Om Sam bawa dan pelajari. Selama 2017, Om Sam mengatakan, permintaan birdwatching semakin tinggi. Tak heran hembusan hafasnya terdengar berat saat kami bertemu. Jadwal perjalanannya sangat padat hingga menjelang akhir tahun, ujarnya.

Bersambung: ABI Birding, Kunci Gerbang Pelesir Burung di Flores (Bagian 2)

***

ABI Birding merupakan unit usaha yang khusus menjalankan aktivitas wisata pengamatan burung dan satwa liar lainnya di area kerja Burung Indonesia. Berdiri sejak 2016, unit ini bertujuan untuk mendukung aksi konservasi burung dan habitatnya di Indonesia. Informasi lengkap, hubungi: Email: s.rabenak@burung.org, Handphone: 0812-382-465-47

Search

Burung Indonesia adalah anggota kemitraan global BirdLife International
© 2022 Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia)

id_IDIndonesian