Skip to content Skip to footer

Program Jawa

Deskripsi Wilayah

Pulau Jawa, dengan luas sekitar 128,297 km2, memiliki banyak gunung berapi karena secara geografis merupakan bagian dari Busur Vulkanik Sunda. Dari tiga puluh delapan gunung yang terbentang sepanjang pulau ini, dua puluh di antaranya berada di wilayah kerja Burung Indonesia: Jawa bagian barat. Aktivitas sejumlah gunung berapi ini menimbulkan aliran lava, endapan abu, dan lahar yang kaya unsur hara, yang berdampak langsung pada kesuburan tanah dan berperan penting dalam pembentukan Kawasan Ekologis Hutan Hujan Pegunungan Jawa Bagian Barat.

Hutan alam di dataran rendah Jawa Barat mencakup beberapa subtipe hutan, termasuk hutan hujan tropis, hutan musim, hutan rawa dan hutan bakau. Jawa bagian barat lebih basah daripada bagian timur pulau dan hutannya lebih kaya akan spesies, di mana sejumlah besar di antaranya adalah spesies endemik. Berdasarkan data BPS tahun 2019, luas hutan di Jawa Barat 7768.3 km2, termasuk hutan lindung seluas 1701.4 km2 dan hutan konservasi seluas 2259.36 km2.

Dari survei yang dilakukan Burung Indonesia di sembilan kawasan hutan pegunungan (Gunung Slamet, Cikuray, Limbung, Kencana, Wayang-Windu, Malabar, Patuha, dan Masigit) dan satu kawasan konservasi (Cagar Alam Gunung Tilu) diperoleh informasi sebanyak 222 jenis burung, 35 jenis mamalia, dan 45 jenis herpetofauna menghuni hutan pegunungan Jawa bagian barat. Ini berarti 80% burung endemik, 86% burung sebaran terbatas, 20% mamalia endemik, dan 42% herpetofauna endemik Pulau Jawa ditemukan dari lokasi survei. Banyak dari spesies ini, seperti owa jawa, macan tutul jawa dan elang jawa, dikategorikan oleh IUCN sebagai terancam karena hilangnya habitat yang cepat dan eksploitasi manusia. Dua spesies burung endemik, murai hijau jawa dan poksai kuda, diklasifikasikan sebagai Sangat Terancam Punah karena tekanan intens dari perangkap untuk perdagangan burung hidup.

Masyarakat yang tinggal di sekitar tepi kawasan hutan di Jawa memperoleh manfaat dari hutan, secara legal atau illegal. Mereka bergantung pada hutan untuk pasokan air yang konstan dan untuk pencegahan banjir dan tanah longsor, dan mereka memiliki peran vital dalam pelestarian hutan.

Dengan keberadaan tidak kurang dari 25 sungai, Jawa bagian barat adalah wilayah ideal untuk budi daya berbagai tanaman pertanian. Lahan persawahan padi di Jawa adalah salah satu yang tersubur di dunia, dengan produksi mencapai 9,1 juta ton di tahun 2021 di Provinsi Jawa Barat. Varietas lain yang dibudidayakan termasuk cengkeh, tebu, kelapa, kakao, teh dan kopi. Sektor lain yang dikembangkan adalah perikanan, di mana hasil penangkapan di laut mencapai 234 ribu ton dan perairan di daratan sebesar 16 ribu ton di tahun 2020. Masyarakat juga banyak yang bermata pencaharian sebagai peternak, sapi dan ayam adalah yang terbanyak, dan produksi susu sapi segar.

Potensi kekayaan alam untuk sektor pertambangan di antaranya batu kapur, marmer, emas, perak, belerang, bijih besi dan batu bara. Pantai Pangandaran mencatat kunjungan tertinggi yaitu 3,6 juta wisatawan di tahun 2021. Selisih jumlah wisatawan yang signifikan menunjukkan potensi pariwisata di wilayah lain masih terbuka untuk dikembangkan. Potensi alam lain adalah pemanfaatan energi panas bumi yang telah dikembangkan di empat Kawasan Konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Cagar Alam Kamojang, Taman Wisata Alam Kawah Kamojang dan Cagar Alam Papandayan.

Kegiatan Utama
  • Survei keanekaragaman hayati.

    Survei
  • Penyadartahuan publik terkait konservasi burung kicau.

    Penyadartahuan Publik
  • Pelestarian burung-burung di wilayah urban.

    Birds Around Us
    • Bentang alam Gunung Patuha memiliki hutan pegunungan dengan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebanyak 124 spesies burung dan 14 spesies mamalia mendiami kawasan ini. Bentang alam Gunung Patuha juga menjadi habitat bagi burung dan mamalia endemis Pulau Jawa bagian barat. Survei Burung Indonesia pada tahun 2019 mencatat ada 30 spesies burung dan satu spesies mamalia endemis.

      Sugih dan Mukti Patuha
    • Keberadaan plastik yang berukuran sangat kecil atau yang biasa disebut dengan mikroplastik menjadi ancaman bagi manusia, hewan, dan juga lingkungan. Melalui program MicroSEAP; Burung Indonesia, Divers Clean Action, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset tentang penyebaran dan dampak mikroplastik yang ada di kawasan Teluk Jakarta.

      Plastik Kecil Menjadi Ancaman Besar

      Birds Around Us (BArU)

      Sejak 2011, Burung Indonesia mendorong inisiatif baru untuk pelestarian burung di wilayah perkotaan. BArU merupakan sebuah program pengembangan ruang terbuka hijau yang tidak hanya sekadar hijau, tetapi juga mempertimbangkan kaidah ekologis. Program ini bertujuan untuk mengingkatkan kesadaran masyarakat urban akan pentingnya menjaga kelestarian ekosistem yang ada di sekitar mereka.

      Berita Terkait

      id_ID