Kawasan Wallacea dikenal sebagai rumah bagi lebih dari 800 jenis burung atau 45% dari total jenis burung yang ada di Indonesia dengan lebih dari 300 di antaranya merupakan jenis endemis. Kondisi geografis Wallacea yang terdiri atas gugusan pulau besar dan kecil memungkinkan keterancaman bagi jenis -jenis endemis kian meninggi.
Nuri talaud (Eos histrio) yang merupakan burung endemis Kepulauan Talaud, Sulawesi Utaraga kini berstatus Genting (Endangered/EN) karena habitat alaminya semakin tersisihkan karena alih fungsi lahan, praktik perkebunan tak berkelanjutan, serta kebutuhan akan hunian. Sementara itu maleo (Macrochephalon maleo) yang menjadi salah satu satwa khas Sulawesi masih menghadapi ancaman berupa praktik pengambilan telur tak berkelanjutan dan alih fungsi lahan.
Bergeser ke timur, tepatnya di Maluku Utara, penangkapan terhadap berbagai jenis paruh bengkok telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Menurut catatan Burung Indonesia pada 2018, sekira 7.012 ekor paruh bengkok ditangkap untuk diperdagangkan setiap tahunnya. Jenis-jenis yang sering diperdagangkan antara lain kakatua putih (Cacatua alba), kasturi ternate (Lorius garrulus), nuri-kalung ungu (Eos squamata), dan nuri bayan (Eclectus roratus).
Pada 2019, setidaknya ada 629 ekor paruh bengkok dari Maluku dan Maluku Utara yang berhasil disita. Kakatua seram (Cacatua moluccensis), kasturi tengkuk-ungu (Lorius domicella), nuri maluku (Eos bornea), dan kakatua tanimbar (Cacatua goffiniana) adalah jenis-jenis yang sangat sering menjadi objek penangkapan dan perdagangan.
Sementara di Maluku paruh bengkok menjadi sasaran perburuan, jenis-jenis yang menghuni kepulauan Nusa Tenggara pun mengalami ancaman serupa. Elang flores (Nisaetus floris) kerap diburu dan menjadi sasaran tembak tanpa maksud atau tujuan tertentu, serta habitatnya yang semakin berkurang
Masih banyaknya ancaman yang dihadapi berbagai burung dan habitatnya di Wallacea menunjukkan perlunya upaya penyadartahuan dan penyebarluasan pengetahuan mengenai populasi, habitat, serta keunikan burung di kawasan ini kepada masyarakat. Sebuah buku panduan lapangan tentu diperlukan untuk membantu upaya tersebut, misalnya saja bagi dunia pendidikan dan penelitian, panduan bagi para pengamat burung, tenaga-tenaga yang bekerja di kawasan konservasi, maupun para wisatawan.
Saat ini buku Panduan Lapangan Burung-Burung di Wallacea karya Brian J . Coates dan K. David Bishop sudah tersedia dan bisa didapatkan di Burung Shop