Skip to content Skip to footer

Burung Menghubungkan Dunia Kita

Tahun ini tema “Birds Connect Our World” menandai perayaan Hari Migrasi Burung di seluruh dunia.  Terjemahan tema tersebut bermakna sekaligus menjadi pengingat akan kehadiran burung-burung migran dalam kehidupan. Rutinitas migrasi burung merupakan bentuk adaptasi paling mengesankan. Burung-burung ini rela menempuh ribuan kilometer untuk berkembang biak, mencari makan, dan tinggal untuk sementara.

Musim migrasi  menuntut kesiapan alam untuk menyediakan ekosistem sehat yang diperlukan, baik di darat, laut dan udara. Perjalanan panjang secara berkelompok dan menembus batas-batas wilayah negara ini acapkali dijeda dengan persinggahan untuk rehat dan mencari makan di suatu tempat. Perjalanan ini menghubungkan ekosistem yang satu dengan ekosistem lainnya tanpa mengenal batas wilayah negara. Tak heran apabila keterhubungan ekologi memiliki peran penting dalam aktivitas migrasi burung.

Indonesia sendiri masuk dalam jalur dalam Jalur Terbang Asia Timur-Australasia yang membentang dari Korea hingga Selandia Baru dan melintasi negara-negara Asia bagian timur seperti China, Taiwan, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Australia.

“Saat ini Indonesia memiliki 1.794 jenis burung dan ada 262 spesies burung migran yang singgah di Indonesia. Sebanyak 124 di antaranya berstatus dilindungi dan 19 spesies masuk dalam kategori terancam secara global,” ujar Ferry Hasudungan, Conservation Manager Burung Indonesia di Bogor.

Migrasi burung bukan tanpa hambatan. Banyak risiko harus dihadapi oleh burung-burung migran saat melakukan perjalanan seperti cuaca buruk maupun persaingan antar spesies. Sementara itu di darat kerusakan ekosistem tempat mereka singgah pun terjadi akibat deforestasi dan polusi sampah.

Banyaknya burung migran membuat upaya pelestariannya memerlukan prioritas. “Burung Indonesia menggunakan Important Bird Area (IBA) untuk menentukan daerah-daerah mana yang sebaiknya dilakukan upaya konservasi terlebih dahulu. Kriteria IBA ini salah satunya diidentifikasi dari keberadaan burung terancam punah dan berkait dengan burung bermigrasi. Apabila di suatu daerah ditemukan satu persen dari pupulasi burung bermigrasi, maka masuk sebagai kriteria IBA,” tambahnya.

Perlindungan burung-burung migran ini diupayakan melalui kemitraan burung bermigrasi yang melibatkan sejumlah pihak baik pemerintah, NGO, maupun swasta. Secara regulasi pemerintah telah menetapkan jenis-jenis dilindungi melalui Peraturan Menteri LHK P.106 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Secara spesifik, upaya perlindungan burung bermigrasi telah dilakukan dengan penunjukan kawasan konservasi seperti Taman Nasional Berbak Sembilang di ujung barat  dan Taman Nasional Wasur di ujung timur.

Kehadiran burung-burung migran selain sebagai penanda kesehatan lingkungan juga memiliki fungsi sebagai pengendali hama alam. Oleh sebab itu, menjaga kelestariannya adalah tanggung jawab kita bersama. Membuat lingkungan sekitar kita ramah bagi burung, mengamati burung-burung ini saat musim migrasi atau mengikuti sensus burung air yang digelar setiap tahun adalah cara yang dapat dilakukan. Tanpa dukungan kita, burung penghubung dunia tidak akan lestari.

id_ID