Obi mungkin kurang dikenal luas bagi masyarakat Indonesia. Pulau yang menjadi bagian Kabupaten Halmahera Selatan ini, merupakan pulau terselatan dari pulau-pulau satelit Halmahera.
Secara biogeografis, pulau ini masuk dalam kelompok Kepulauan Maluku Utara. Namun, posisi pulau ini menjadi unik, karena berada di perbatasan simpang empat wilayah biogeografi, yaitu Maluku bagian utara di utara, Maluku bagian selatan di selatan, Sulawesi di barat (berbatasan dengan Kepulauan Sula), dan Papua di bagian timur (berbatasan dengan Kepulauan Misool).
Kunjungan Burung Indonesia ke Obi kali ini dalam rangka penilaian singkat keragaman burung khususnya daerah dataran tinggi. Obi dengan luas sekitar 2.542 km² merupakan pulau karang, yang ketinggian maksimalnya “hanya” 1.500 an meter dari permukaan laut (mdpl). Lokasi tertinggi berada tepat di tengah pulau. Daerah paling baik untuk menuju lokasi dataran tinggi Obi adalah dari bagian selatan pulau.
Kami melakukan perjalanan dari Desa Tapaya, Obi Selatan. Setelah perjalanan dengan jalan kaki dari desa tersebut selama dua hari, kami “hanya” sampai di ketinggian 850 mdpl. Namun dari lokasi ini, survei ini dapat menjangkau sampai ketinggian 1.100 mdpl. Dalam rentang waktu yang singkat (lima hari), kami mampu memotret keragaman jenis burung di sana.
Walaupun tampak jelas sebagian daerah dataran tinggi ini merupakan lokasi bekas penebangan dalam skala perusahaan (tebang pilih), namun sebagian tempat masih tampak sangat baik. Kami masih dengan mudah menjumpai ratusan nuri kalung-ungu (Eos squamata) yang super ribut mengerubuti bunga-bunga pohon hutan yang sedang bermekaran. Sementara itu, kelompok kecil kasturi ternate (Lorius garrulus) yang elegan, kadangkala ikut nimbrung.
Beberapa jenis burung endemik Maluku Utara juga cukup mudah dijumpai di dataran tinggi Obi. Suara dentuman gagak cendrawasih (Lycocorax pyrrhopterus) cukup ramai terdengar. Sedangkan pergam boke (Ducula basilica) maupun walik dada-merah (Ptilinopus bernsteinii) acapkali muncul tak terduga.
Walau tidak seramai di dataran rendahnya, namun jenis-jenis burung di dataran tinggi ini cukup unik. Julang irian (Aceros plicatus) maupun pergam mata-putih (Ducula perspecillata) masih kerap muncul. Sementara si cantik kancilan emas (Pachycephala pectoralis) dan kipasan dada-lurik (Rhipidura rufiventris) saling siul beradu merdu. Burung-madu hitam (Nectarinia aspasia) dan myzomela remang (Myzomela obscura) juga saling berebut madu bunga-bunga liar.
Total kami mencatat sekitar 35 jenis burung di dataran tinggi Obi. Namun, yang masih menjadi misteri adalah dugaan keberadaan nuri-kate dada-merah (Micropsitta bruijnii) di pulau ini. Ekspedisi terakhir tim Oxford University (2011) melaporkan kehadiran jenis ini di dataran tinggi. Hingga akhir perjalanan kami, jenis ini tidak berhasil kami jumpai.*