Skip to content Skip to footer

Menjaga Ekosistem, Menjaga Air

Tema peringatan Hari Air Sedunia tahun ini adalah air dan perubahan iklim. Perubahan iklim sendiri dipicu oleh efek rumah kaca yang kemudian menyebabkan pemanasan suhu bumi. Kondisi ini memiliki efek domino terhadap seluruh kehidupan di bumi, mulai dari lautan hingga ke daratan. Data menunjukkan Bumi mengandung 70% air, namun hanya 3% dari total air di Bumi merupakan air tawar. Dari total air tawar tersebut dua per tiga berupa gletser dan air di kutub yang berfungsi untuk menjaga stabilitas iklim, sementara sisanya dimanfaatkan oleh sekitar 7,8 milliar manusia.

Indonesia menempati urutan kelima negara di dunia dalam hal kelimpahan air. Setidaknya 6% dari total sumber daya air terbarukan dunia ada di Indonesia dengan potensi 2.838 kilometer kubik. Curah hujan yang tinggi, mencapai ±2.350 mm setiap tahunnya menjadi faktor utama kelimpahan air tersebut. Kondisi ini didukung dengan keberadaan 7977 daerah aliran sungai untuk mengelola, 576 sungai di Indonesia.  Tak heran apabila Indonesia memiliki potensi air tanah 520 milliar meter kubik per tahun.

Kelimpahan air ini dipengaruhi oleh siklus hidrologis yang sangat bergantung fungsi ekosistem yang sehat. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani masalah air (UN Water) menyatakan sumber-sumber air terbarukan sangat bergantung pada kesehatan fungsi ekosistem. Apabila ekosistem tidak terjaga dengan baik, dapat dipastikan krisis air akan terjadi.

Fungsi ekosistem yang sehat bergantung pada keberadaan hutan. Dalam kaitannya dengan air, hutan berfungsi sebagai area tangkapan dan resapan air hujan. Sementara hutan tak bisa dilepaskan dari kehadiran satwa-satwa yang menghuni di dalamnya. Satwa dikenal sebagai agen hayati yang  menjaga kelestarian hutan dengan membantu menebarkan benih-benih tanaman.

Sebagaimana diketahui, air merupakan elemen yang amat vital dalam kehidupan manusia. Air juga penting bagi aktifitas manusia seperti agrikultur, perikanan, peternakan, irigasi, industri, dan produksi energi. Saat ini ada 2,1 milliar manusia tidak memiliki akses terhadap air bersih, sementara 700 juta lainnya terancam kekurangan air. Permasalahan di Indonesia pun tak kalah mengkhawatirkan, ketidakmerataan penduduk dan pembangunan menyebabkan akses terhadap air bersih tidak merata.

Permasalahan air tidak berhenti pada kondisi ekosistem yang terus menurun akibat alih fungsi lahan yang tak berkelanjutan, deforestasi, dan perburuan satwa. Pembangunan infrastruktur di kawasan urban secara masif menekan kondisi air tanah yang berarti pula tekanan terhadap sumber air bersih. Mengutip publikasi UN Water, perubahan iklim yang ekstrim menimbulkan anomali cuaca seperti kekeringan panjang dan berdampak pada ketersediaan air di bumi.

Terkait dengan perubahan iklim, adalah tanggung jawab kita bersama untuk melakukan langkah-langkah berkelanjutan demi menjaga ketersediaan air di bumi. Penggunaan air yang bijak berdampak pada kelestarian air di sekitar kita. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah menjaga ekosistem di hulu terjaga antara lain dengan melaksanakan praktik agrikultur yang berkelanjutan, menghentikan pembalakan liar, menghentikan perburuan satwa, dan aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan konservasi.

id_ID