Skip to content Skip to footer

Menyibak Kabut Pitta di Lantai Hutan Sumatra

Paok schneider (Hydrornis schneideri) merupakan burung endemis Pulau Sumatra yang diketahui memiliki rentang populasi di sepanjang Bukit Barisan; dari Gunung Sibayak di Sumatra Utara hingga Gunung Dempat di Sumatra Selatan. Keberadaannya sempat menjadi legenda di antara para pengamat burung. Burung yang kerap ditemui di lantai hutan pegunungan saat menyibak kabut pagi hari ini sempat dinyatakan punah pada 1918. Puluhan tahun hanya diketahui dari spesimennya, kepunahan jenis ini rupanya terbantahkan.

Pada 1988, seorang ornitologis asal Inggris, Phil Hurrell, secara tak sengaja menemukan seekor paok schneider jantan, dan kemudian sepasang jenis yang sama di dekat puncak Gunung Kerinci. Kemudian serangkaian penelitian untuk memastikan keberadaan jenis ini pun bergulir kembali.

Baca juga: Sikatan Terancam Punah dari Pegunungan Lompobattang

Secara historis, paok schneider merupakan burung yang umum ditemukan di kawasan Gunung Kerinci sebelum dinyatakan punah. Selama hampir 70 tahun status kepunahan jenis ini, sejumlah kamera jebak yang terpasang di Bukit Barisan hanya sempat merekam jejak paok pancawarna (Pitta guajana) yang terbilang bukan jenis langka. Sementara, kamera jebak di Taman Nasional Kerinci Seblat gagal merekam jenis ini.

Burung-burung paok adalah salah jenis yang menjadi korban dari deforestasi. Badan Konservasi Dunia (IUCN) menilai tekanan utama terhadap populasi paok schneider adalah kerusakan habitat. Setidaknya sepertiga dari hutan hujan tropis pegunungan di Sumatera telah rusak akibat dari alih guna lahan jadi perkebunan dan penebangan liar. Kini, IUCN memperkirakan jumlah paok schneider yang tersisa di alam sekitar 2,500-9,999 individu dewasa.

Baca juga: Cekakak-pita Biasa, “Dewi Laut” yang Dikagumi Alfred Russel Wallace 

Sejalan dengan penelitian yang semakin intens oleh berbagai peneliti, pemantauan populasi dan habitat paok schneider terus dilakukan. James Eaton dari Birdtour Asia bahkan mengatakan bahwa jenis ini memang bukan pitta tercantik di dunia, tetapi yang tersulit untuk ditemui. “Not the world’s brightest pitta but about the hardest to see and photograph,” tulis Eaton dalam laman Facebook-nya saat menceritakan pertemuannya dengan paok schneider di Gunung Kerinci pada Juli 2013.

Pitta di lantai kepunahan

Paok schneider bukanlah satu-satunya jenis dari keluarga pittae yang terancam punah. Populasi paok sangihe (Erythropitta caeruleitorques) yang diketahui hanya terdapat di Pulau Sangihe ini terancam oleh hilangnya habitat akibat alih fungsi lahan hutan. IUCN menyatakan jenis ini sebagai burung terancam punah berstatus Genting (Endangered/EN).

Hal serupa menimpa paok siau (Erythropitta palliceps) yang bersama dengan paok sangihe merupakan jenis baru dari hasil pemisahan jenis paok mopo (Pitta erythrogaster) yang tersebar luas. Hilangnya habitat akibat alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan akibat letusan Gunung Karangetang menyebabkan populasi jenis ini terancam punah (BirdLife International, 2016).

Pulau Biak, Papua dan Pulau Talaud, Sulawesi Utara, masing-masing menyimpan satu jenis paok terancam punah. Paok biak (Pitta rosenbergii) dan paok talaud (Erythropitta inspeculata) ditetapkan sebagai jenis yang rentan terhadap kepunahan (Vulnerable/VU) karena hilangnya habitat akibat pembalakan liar dan pembukaan lahan untuk aktivitas pertanian.

***

Unduh wallpaper burung edisi Oktober 2017 di tautan berikut ini: Paok schneider

Penting untuk diketahui: Dari sekitar 10,000 jenis burung yang ada di dunia, Indonesia merupakan rumah bagi 1,769 jenis burung liar. Mengetahui beragam jenis burung beserta jasa lingkungannya merupakan salah satu cara menghargai kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia.

id_ID