Skip to content Skip to footer

Sudah Siap Mengamati Burung?

Pengamatan burung bisa menjadi hiburan sekaligus cara mengenal keragaman hayati secara langsung. Kicaunya yang merdu, warna-warni bulu, dan perilakunya yang unik takkan terlihat jika hanya melihatnya di dalam sangkar.

Sebagian besar pengamat burung percaya bahwa aktivitas pengamatan dapat melatih ketenangan dan kesabaran sehingga mampu menghindarkan stress. Sebab, aktivitas ini menuntut para pelakunya untuk mengetahui dengan tepat jenis burung tertentu. Pengenalan itu dilakukan hanya dari mengamati karakter yang dimiliki setiap jenis burung. Namun, ada etika yang perlu diperhatikan setiap pengamat agar tidak mengganggu burung dan habitatnya.

Sejatinya, “senjata” utama untuk mengamati burung adalah mata dan telinga. Setiap orang perlu melatih kedua indera tersebut agar peka terhadap kehadiran burung. Jika ingin melihatnya, tentu jangan berjalan sambil bercakap-cakap. Sebaliknya, edarkan pandangan ke sekeliling sehingga setiap gerakan, suara, dan bayangan burung yang terbang melintas tidak lolos dari perhatian.

Jika berhasil melihat penampakan burung, diperlukan pengendalian diri yang cukup baik. Sebab, burung di hutan biasanya akan menjauh jika merasa terganggu oleh kehadiran manusia. Jangankan mendengar suara orang tertawa, mendengar percakapan orang saja mereka begitu awas.

Selain suara, burung juga peka terhadap gerakan. Oleh sebab itu, jika pengamatan dilakukan dengan kondisi yang tenang, mata burung paling tajam sekalipun tidak akan menyadari kehadiran kita di habitatnya. Kita juga tidak perlu bergerak untuk mendekati burung yang akan kita lihat yang malah berpotensi mengganggu rencana pengamatan.

Usahakan untuk mencari dan mendengar burung tanpa banyak bergerak, bersuara, dan berusaha terlalu keras untuk mendekati. Ketika menemukan seekor burung dalam kondisi tidak memungkinkan untuk bersembunyi, merunduklah dan berjalan perlahan. Selain menjaga sikap, tentu saja dukungan peralatan pengamatan musti mumpuni.

Binokular atau monokular

Mengamati burung, pada jarak yang “aman” bukan perkara mudah. Aman disini adalah kondisi dimana burung tidak terganggu dengan kehadiran kita/pengamat. Binokular atau teropong adalah jawaban dari segala keresahan pengamatan dengan mata telanjang. Ada beragam bentuk, ukuran, dan kemampuan perbesaran binokular. Semakin baik kualitas lensa, semakin jauh lebih tinggi harga jualnya.

Untuk mengamati burung-burung di hutan, gunakan binokular dengan perbesaran 7×35. Sedangkan untuk mengamati burung di kawasan luas dan terbuka—seperti mengamati burung-burung raptor—ada baiknya gunakan binokular dengan perbesaran 8×40 atau 10×50. Angka 7x, 8x, dan 10x menunjukkan perbesaran; artinya, benda yang diamati dapat diperbesar sejumlah angka tersebut. Sedangkan angka lainnya merupakan diameter lensa objektif dalam milimeter.Jangan sampai salah menentukan lubang intip binokular.

Tidak hanya binokular, pengamatan bisa dilakukan dengan dukungan spotting scope alias monokular. Perbedaan dua alat tersebut hanya pada lubang intipnya saja, tetapi memiliki prinsip kerja yang sama. Hanya saja, monokular didukung dengan kemampuan perbesaran yang jauh lebih kuat seperti 20×50, 40×60, hingga 60×60. Maka tak heran jika monokular memiliki bobot lebih berat dan perlu penopang atau tripod.

Monokular juga bisa menjadi senjata yang ampuh bagi para fotografer hidupan liar. Sebab, mereka dapat melakukan digiscoping atau teknik pengambilan gambar secara digital karena monocular memiliki perbesaran yang jauh lebih kuat. Digiscoping memungkinkan para fotografer mengidentifikasi objek fotografinya lebih akurat. Apakah kalian sudah siap mengamati sahabat kita di alam ini?

***

Indonesia merupakan salah satu wilayah transit dan tujuan bagi berbagai burung migran dari berbagai penjuru dunia. Salah satu jenis burung migran yang menjadikan Indonesia sebagai destinasi utama adalah elang. Burung pemangsa ini terbang melalui jalur yang dikenal dengan sebutan Koridor Daratan Timur (East Asia Continental Flyway) yang terbentang dari jalur Siberia ke Asia Tenggara.

Diperkirakan, sekitar satu juta individu burung pemangsa akan melintasi Koridor Daratan Timur yang panjangnya diperkirakan sekitar tujuh ribu kilometer. Salah satu lokasi yang menjadi spot pengamatan migrasi burung raptor adalah Bukit Paralayang di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Kami mengajak kawan-kawan untuk ikut mengamati migrasi burung raptor bersama pada Sabtu, 28 Oktober 2017, pukul 07.000 WIB di Bukit Paralayang, Puncak, Bogor. Ajak serta keluarga atau kerabat yang tertarik untuk menyambut para pengembara dari utara ini. Informasi lengkap: (WA/LINE) 0811-11454-88.

id_ID