Skip to content Skip to footer

Survei Keragaman Burung di Tiga Calon Well Pad Danau Sano Nggoang

Danau Sano Nggoang mahsyur dikenal sebagai danau vulkanik terbesar di Indonesia bagian timur dan salah pusat keragaman hayati di Pulau Flores. Namun, kekayaan alam Sano Nggoang tidak hanya itu. Panas bumi yang terkandung di dalamnya rupanya berpotensi menjadi sumber tenaga listrik.

Menilik potensi panas bumi yang ada, Kementerian Energi dan Sumber daya Manusia (ESDM) dan Kementerian Keuangan mempercayakan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk memimpin proyek eksplorasi panas bumi di sekitar kawasan danau.

Untuk menyusun kajian dampak lingkungan dan sosial, PT SMI mempercayakan PT Aecom Indonesia sebagai konsultan yang kemudian bekerja sama dengan Burung Indonesia untuk menginvetarisasi keragaman burung di sejumlah titik yang menjadi sasaran pengeboran panas bumi (well pad) di Desa Wae Sano, antara lain Nunang, Lempe, Ta’al, Golo Lampang,

Survei keragaman burung berlangsung pada 26-27 November dan 1 Desember. Bird Guide Officer Burung Indonesia Program Flores, Samuel Rabenak, mengatakan well pad pertama adalah Nunang. Warga setempat biasa menggunakan lokasi ini untuk melakukan ritual adat yang tampak dari keberadaan beberapa batu persegi.

Berdasarkan keragaman burungnya, kawasan ini merupakan habitat penting bagi burung-burung sebaran terbatas dan endemis Flores seperti gagak flores, celepuk flores, punai flores, celepuk wallacea, celepuk maluku, dan sepah kerdil.

Beranjak dua kilometer dari pusat Desa Wae Sano, tim survei bergerak menuju Dusun Lempe. Titik sasaran pengeboran berjarak satu kilometer dari dusun yang merupakan lahan perkebunan kemiri milik masyarakat.
Berdasarkan hasil survei, di kawasan ini ditemukan dua burung endemis flores, yakni celepuk flores dan gagak flores. Sementara itu, sejumlah burung sebaran terbatas dan endemis Nusa Tenggara pun ditemukan di lokasi yang sama.

“Tingkat kerapatan pohon-pohon di sini sangat bagus dan adanya aliran sungai memudahkan celepuk mencari katak dan tikus di sekitar sungai. Ada juga jenis burung paruh bengkok. Di lokasi ini juga terdapat sumber mata air yang telah dimanfaatkan oleh warga,” ujar Samuel.

Well pad Lempe berada tak jauh dari jalur pendakian menuju puncak savana Golo Dewa yang biasa dilalui oleh wisatawan dan pengamat burung. Usai melakukan survei di Lempe, tim bergerak menuju well pad yang berada di Dusun Ta’al—sekitar tiga kilometer dari Desa Wae Sano. Sedangkan jarang well pad ke badan danau sekitar 300 meter. Keragaman burung di Ta’al tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Lempe.

Satu-satunya area survei berstatus hutan lindung adalah Golo Lampang yang dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Manggarai Barat. Well pad Golo Lampang berjarak sekitar dua kilometer dari Dusun Dasak. Golo Lampang termasuk kawasan tangkapan air. Warga memanfaakan beberapa mata air untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Jenis-jenis burung yang teramati di lokasi ini serupa dengan Ta’al, seperti tesia timor, cekakak-tunggir putih, opior flores, tiong emas, serta gagak flores. Sebagian besar jenis burung di Golo Lampang merupakan burung sebaran terbatas.

id_ID