“Burung merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi alam Sumba,” tutur Yohanis Bala Djawarai dalam sambutannya di acara Merayakan Keragaman Burung di Indonesia 2014 di Desa Wairasa, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Sumba Tengah. Jika burung-burung di Sumba masih mudah ditemukan, artinya kondisi alam Sumba masih bagus.
Sumba memiliki 211 jenis burung dengan 10 di antaranya merupakan jenis endemis alias khas. Namun, beberapa jenis burung di Sumba menjadi sasaran perburuan dan perdagangan. Burung Indonesia Program Sumba yang berkomitmen melestarikan jenis dan habitat burung di Sumba terus melakukan beragam upaya untuk menjaga kekayaan Sumba tersebut agar tetap lestari. Untuk itu, Yohanis berharap adanya kerjasama yang baik antara Burung Indonesia dengan masyarakat yang ada di Sumba termasuk di Desa Wairasa, tempat Burung Indonesia Program Sumba berkantor.
Sebagai salah satu upaya untuk memberikan penyadartahuan kepada masyarakat Wairasa, Burung Indonesia Sumba menggelar acara bakti sosial di gedung Gereja Kristen Sumba (GKS) Anamanu Wairasa dengan menggandeng pemuda GKS Anamanu. Selain itu, diadakan pula lomba membuat dan membaca puisi tingkat sekolah dasar (SD)yang diikuti tiga SD di Desa Wairasa. Kegiatan yang dilaksanakan dengan menggandeng Badan Lingkungan Hidup Sumba Tengah itu dilaksanakan pada 23 Juli 2014 dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Merayakan Keragaman Burung di Indonesia 2014.
Sajak atau puisi merupakan kesenian yang erat kaitannya dengan budaya masyarakat Sumba. Dengan demikian lomba baca dan cipta puisi ini diharapkan dapat menjadi sarana penyadartahuan untuk pelestarian alam Sumba sekaligus upaya melestarikan kesenian dan budaya Sumba. Dalam lomba ini para peserta juga dwajibkan mengenakan busana adat Sumba.
Untuk lomba baca puisi, juara pertama diraih oleh Yuliani A. Kota Sera dari SD Inpres Madidi Palamedu dan juara II diraih oleh Anggreni Malingara R. L. B dari SD Masehi Wairasa. Sementara itu juara III diraih oleh Fangky Yeremia Nggallu dari SD Masehi Wairasa dan juara IV diraih oleh Friska Gadi Mayi dari SD Katolik Waimamongu. Untuk pembuatan puisi terbaik, Elma Rambu Weli dari SD Masehi Wairasa dengan puisi berjudul “Alamku” tampil sebagai pemenang.
Penilaian juri berdasarkan lima kriteria. Pertama, penghayatan untuk menyampaikan isi puisi secara ekspresif. Kedua, penampilan untuk mendukung pembacaan puisi. Ketiga, intonasi. Sebuah puisi akan memiliki ruang di telinga dan hati para pendengar dengan intonasi nada yang tepat dan teratur sesuai dengan ritma dari puisi tersebut. Keempat, pelafalan untuk membedakan vokal dan konsonan yang dipertegas untuk menyodorkan karakteristik puisi.
Kriteria kelima yaitu vokal serta mimik. Tinggi rendahnya nada diatur melalui vokal. Ketepatan dan kelantangan dalam menyampaikan puisi tergantung dari isi puisi tersebut. Apabila kelima kriteria di atas terpenuhi, maka puisi yang disampaikan dengan mimik yang baik akan dipahami oleh pendengar. (Paulina Mada)