Skip to content Skip to footer

Banggai Kepulauan, “Atlantis” Kecil di Wallacea

Banggai Kepulauan (Bangkep) berbatasan langsung dengan Teluk Tomini terkadang luput dari pandangan mata.  Kepulauan yang 97 persen didominasi oleh ekosistem karst ini memiliki nilai keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Bahkan Banggai Kepulauan termasuk salah satu daerah yang masuk ke dalam Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle).

Perairan laut Banggai Kepulauan masuk ke dalam koridor laut Togean-Banggai yang memiliki nilai endemisitas keanekaragaman hayati yang tinggi. Perairan laut di sini menjadi satu-satunya habitat alami ikan capungan banggai (Pterapogon kauderni).

Pada 2022, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan di Banggai Kepulauan ini mencapai 3,415 ton per hari. Banyak masyarakat Banggai Kepulauan yang juga mencari mata pencaharian dari sumber daya laut yang ada di kawasan ini.

Meski begitu, perairan laut Banggai Kepulauan juga dihadapkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan yang merusak seperti penggunaan bom dan pukat. Aktivitas tersebut bisa berpengaruh pada rusaknya habitat terumbu karang dan fauna yang hidup di dalamnnya. Hal ini juga bisa mempengaruhi keberadaan burung yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem tersebut.

Nelayan tradisional di Banggai Kepulauan (Foto: Burung Indonesia/Made Chandra)

Menyadari dan memahami pentingnya menjaga kelestarian sumber daya perikanan dan kelautan dengan tidak melakukan tindakan-tindakan merusak sangat penting untuk dimiliki. Kolaborasi antara pemerintah, organisasi sipil, dan masyarakat dalam melakukan upaya pelestarian harus masif ditingkatkan. Sehingga dapat membentuk inisiatif aksi konservasi tingkat masyarakat.

Segitiga Terumbu Karang adalah rumah bagi sekira 76 persen terumbu karang dunia. Sebanyak 605 dari 798 jenis terumbu karang yang ada di dunia dapat ditemukan di wilayah ini. Terdapat enam negara yang wilayah lautnya masuk ke dalam Segitiga Terumbu Karang, yakni Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Timor Leste, dan Kepulauan Solomon. Selain memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi, kawasan Segitiga Terumbu Karang juga memiliki nilai ekomoni yang sangat tinggi. Sehingga memiliki kontribusi pada kemajuan sektor pariwisata, perikanan, dan pengembangan ekonomi pesisir. Berdasarkan laporan The Coral Reef Economy yang dibuat oleh International Sustainability Unit, United Nations Environment Programme, dan International Coral Reef Initiative, nilai ekonomi kawasan Segitiga Terumbu Karang mencapai 13,9 miliar dollar AS setiap tahunnya.

id_ID