Skip to content Skip to footer

Bupati Manggarai Barat Resmikan Teras Flores Burung Indonesia

Peresmian Teras Flores (Foto: Dian Agista/Burung Indonesia)

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau Burung Indonesia mulai mengoperasikan pondok kerja yang berpadu dengan lokasi wisata alam yang dinamai Teras Flores. Peresmian dilakukan oleh Asisten II Bupati Manggarai Barat Ir. Marten Ban mewakili Bupati Manggarai Barat pada Jumat, 17 Juni 2022. Teras Flores terletak di Bukit Saimbokol, Desa Cunca Lolos, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peresmian Teras Flores menjadi bagian dari rangkaian acara Merayakan Keragaman Burung di Indonesia (MKBI) 2022. MKBI merupakan rangkaian kegiatan Burung Indonesia bersama publik yang diselenggarakan setiap tahun.  

Teras Flores berada di wilayah Ecotone Rest Area (ERA) yang sedang dikembangkan menjadi kawasan terpadu sebagai tempat peristirahatan, pusat informasi dan pembelajaran konservasi, wisata alam serta pengembangan kewirausahaan masyarakat. ERA berada di area seluas tiga hektare yang terletak di tepi Jalan Trans Flores yang menghubungkan Labuan Bajo dengan Ruteng. Direktur Eksekutif Burung Indonesia, Dian Agista menjelaskan ERA dibangun untuk menjadi destinasi wisata alternatif bagi masyarakat Manggarai Barat dan sekitarnya maupun pelancong yang mengunjungi Labuan Bajo.

“Selain Teras Flores, di wilayah ERA juga telah berdiri pusat pengolahan kayu yang dikembangkan atas kerja sama dengan Koperasi Serba Usaha Bentang Alam Mbeliling (KSU BAM) dan Burung Indonesia,” jelasnya, Jumat (17/6) di saat peresmian Teras Flores.

Asisten II Bupati Manggarai Barat Ir. Marten Ban meresmikan Teras Flores (Foto: Fahmy A. Aziz/Burung Indonesia)

Dian Agista menuturkan, pondok kerja berbentuk kapal yang terdiri dari tiga lantai ini dikerjakan oleh spesialis pembuat kapal pinisi yang berasal dari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Proses pembangunan yang memakan waktu selama delapan bulan ini memerlukan ketelitian dalam menentukan komponen kayu yang digunakan. “Kapal ini memiliki tinggi 11 meter dan panjang 34 meter. Sedangkan lebarnya mencapai sembilan meter,” tuturnya.

Kapal ini dibangun menggunakan kayu jati sebagai bahan baku. Kayu jati yang digunakan berasal dari kebun-kebun jati milik masyarakat di Bentang Alam Mbeliling yang telah tersertifikasi Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK)

“Peresmian Teras Flores juga menandai 15 tahun berjalannya program Burung Indonesia di Bentang Alam Mbeliling. Burung Indonesia meneguhkan komitmennya melanjutkan bekerja bersama masyarakat dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan untuk alam yang lestari dan masyarakat yang sejahtera,” tambahnya.

Sekilas tentang Bentang Alam Mbeliling dan Burung Indonesia

Bentang Alam Mbeliling, seluas 94.000 hektare, merupakan salah satu Daerah Penting bagi Keragaman Hayati (Key Biodiversity Area/KBA). KBA merupakan lokasi penting bagi keragaman hayati secara global. Bentang alam ini terdiri dari kawasan hutan negara seluas 30.000 hektare dan lahan di luar kawasan hutan, termasuk daerah agroforestri yang luasnya mencapai 35.000 hektare, sawah dan perkampungan. Area ini merupakan habitat penting bagi flora dan fauna endemis maupun yang terancam punah secara global. Di dalamnya dapat ditemukan empat jenis burung endemis Flores, yakni kehicap flores (Symposiachrus sacerdotum), gagak flores (Corvus florensis), serindit flores (Loriculus flosculus), dan celepuk flores (Otus alfredi) dan 17 jenis burung berstatus terancam punah yang dua jenis di antaranya berada pada tingkat Kritis, yakni elang flores (Nisaetus floris) dan kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea).

Untuk mewujudkan pengelolaan Bentang Alam Mbeliling yang terpadu, Burung Indonesia memfasilitasi pembentukan forum multipihak untuk memastikan berjalannya  prinsip-prinsip pengelolaan bentang alam yang disepakati bersama. Wadah yang diberi nama Komite Mbeliling ini bertanggung jawab untuk mengoordinasikan dan merekomendasikan program maupun produk kebijakan.

Masyarakat yang tinggal di desa-desa di Bentang Alam Mbeliling merupakan pihak kunci dalam pengelolaan Bentang Alam Mbeliling. Burung Indonesia juga memfasilitasi pembentukan Forum Peduli Kawasan Mbeliling untuk mewakili kepentingan dan aspirasi masyarakat Mbeliling di hadapan para pihak lain. Masyarakat desa juga didorong untuk merumuskan kesepakatan tentang pengelolaan sumber daya penghidupan mereka melalui Kesepakatan Pelestarian Alam Desa (KPAD). KPAD telah disepakati di 26 desa; dibangun oleh warga masing-masing desa dan diketahui oleh pemerintah kabupaten. Sebagai tindak lanjutnya, telah difasilitasi penyusunan Rencana Tata Guna Lahan Desa yang hingga saat ini telah diselesaikan di 10 desa.

Peresmian Teras Flores juga menandai 15 tahun berjalannya program Burung Indonesia di Bentang Alam Mbeliling. Burung Indonesia meneguhkan komitmennya melanjutkan bekerja bersama masyarakat dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan untuk alam yang lestari dan masyarakat yang sejahtera

Dian Agista, Direktur Eksekutif Burung Indonesia

Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau lebih dikenal sebagai Burung Indonesia didirikan pada 15 Juli 2002 sebagai organisasi konservasi nasional berbasis keanggotaan yang bertujuan untuk melestarikan seluruh jenis burung dan habitatnya di Indonesia, dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mencapai pembangunan yang lestari. Burung Indonesia tergabung dalam Kemitraan Global BirdLife International yang beranggotakan organisasi-organisasi konservasi di 118 negara.

Pada periode 1992-2002, organisasi ini dikenal sebagai BirdLife International-Indonesia Programme dengan fokus kerja yaitu mengidentifikasi Daerah Penting bagi Burung dan Keragaman Hayati (DPB/IBA) dan pengembangan berbagai kelompok pengamat burung. Pada periode ini, beberapa DPB berhasil didorong menjadi kawasan perlindungan. Burung Indonesia bekerja melalui tiga pendekatan: konservasi pada tingkat tapak, pengelolaan bentang alam produktif secara lestari dan restorasi hutan alam produksi. Sampai saat ini, Burung Indonesia terus memfasilitasi peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan perlindungan. Meski demikian, menciptakan area yang aman bagi keragaman hayati sekaligus mendukung mata pencaharian masyarakat tidak semudah mengubah status kawasan menjadi kawasan perlindungan. Maka dari itu, Burung Indonesia mendorong pengelolaan kawasan hutan alam produksi melalui restorasi ekosistem.

id_ID