Skip to content Skip to footer

Burung-madu Jawa: Polinator Penting Penghuni Habitat Penting di Pulau Jawa

Pada habitat-habitat yang tersisa di hutan Pulau Jawa, terdapat keajaiban yang tersembunyi, sebuah kecantikan merah menyala yang menghiasi tajuk-tajuk hutan, khususnya di dataran rendah.

Melalui infografis yang diterbitkan pada 2023 mengenai status burung di Indonesia, kita mendapati bahwa Indonesia merupakan rumah bagi 1826 spesies burung. Sebanyak 541 di antaranya adalah endemis, menjadikan Indonesia sebagai pemilik kekayaan spesies burung endemis tertinggi secara global.

Dalam upaya menggali lebih dalam kekayaan burung di Indonesia, kita akan memulai perjalanan dengan mengupas satu spesies burung endemis yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan spesies burung di Pulau Jawa, yaitu burung-madu jawa (Aethopyga mystacalis).

Burung-madu jawa, yang berukuran kecil dengan panjang 12 cm (jantan) dan 9 cm (betina), memikat mata dengan warna merah terang yang meliputi kepala, dada, dan punggungnya. Burung-madu jawa jantan memiliki mahkota dan garis malar berwarna ungu warna-warni, serta penutup sayap atas dan ekor panjang bergradasi ungu tua. Sementara itu, penutup sayap bawah dan tengahnya berwarna merah tua, perutnya abu-abu, dan sisi-sisi tubuhnya berwarna keputihan. Mata yang berkilau coklat tua, paruh, dan kaki berwarna coklat menambah pesona burung ini.

Di sisi lain, burung-madu jawa betina memiliki kepala abu-abu dengan warna pucat di bagian tenggorokan, sementara sisa bulunya berwarna zaitun yang lebih pucat di bagian bawah. Sisi-sisi keputihannya memberikan sentuhan elegan pada burung ini. Burung-madu jawa remaja menyerupai betina, namun dengan nuansa abu-abu yang lebih dominan.

Burung-madu jawa menetap di habitat hutan perbukitan, hutan pegunungan bawah, hutan sekunder, dan tepi hutan. Mereka sering ditemukan pada ketinggian 800-1985 m, meskipun terkadang juga bisa dijumpai di ketinggian mendekati permukaan laut atau bahkan pada ketinggian 2300 m.

Namun, sedikit yang diketahui mengenai ekologi burung-madu jawa, dengan informasi yang terbatas mengenai ragam pakan mereka. Diperkirakan bahwa mereka mengonsumsi nektar bunga dan artropoda kecil, dan biasanya mencari makan secara berpasangan di lapisan atas hutan. Meski begitu, Burung-madu jawa seringkali ditemukan menghisap nektar bunga-bunga tumbuhan semak maupun tumbuhan lapisan bawah.

Foto burung-madu jawa, diambil dari habitatnya di Desa Purwosari (Foto: Burung Indonesia/Jihad)

Burung-madu jawa sering kali terlihat mengunjungi perkebunan kopi untuk menghisap nektar dan bersama-sama dengan kupu-kupu serta lebah dan taksa lain membantu proses penyerbukan tumbuhan kopi. Karena endemisitas dan peran pentingnya sebagai salah satu pollinator alam, burung-madu jawa termasuk dalam jenis dilindungi sesuai dengan PERMENLHK No. 106 tahun 2018.  Namun sayangnya, saat ini burung-madu jawa mengalami tekanan yang berasal dari berbagai faktor, antara lain kehilangan habitat dan perburuan di alam sebagai satwa peliharaan.

Salah satu lokasi dimana kita dapat melihat dan mengamati burung ini dengan cukup mudah  adalah di lanskap pegunungan Menoreh yang terletak di perbatasan DIY Yogyakarta dan Jawa Tengah, khususnya di Desa Purwosari maupun Desa Jatimulyo.

Di desa-desa ini, burung-madu jawa hampir dapat ditemukan di semua tipe habitat seperti agroforestri, perkebunan kopi, perkebunan teh maupun di kebun halaman rumah di wilayah perkampungan.

Aksi-aksi konservasi yang diimplementasikan oleh Burung Indonesia bersama dengan mitra lokal di Yogyakarta berupaya untuk menyelamatkan berbagai spesies burung, terutama spesies burung endemis Jawa dan meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam pengelolaan habitat secara lestari melalui pendidikan, penyadartahuan, peningkatan kapasitas, dan advokasi kebijakan. Salah satu dampak dari aksi konservasi yang dilakukan bagi spesies-spesies burung endemis Jawa yaitu saat ini masyarakat—terutama di Desa Purwosari—memahami nilai penting burung dan keragaman hayati lainnya bagi ekosistem, dan mampu memanfaatkan kekayaan spesies burung di desa secara lestari dan berkelanjutan melalui wisata maupun peningkatan penghidupan.

id_ID