Skip to content Skip to footer

Hari Keanekaragaman Hayati: Solusinya Ada di Alam

Warga Desa Matano, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, di lokasi deplot pembibitan pohon. (Foto: Muhammad Meisa)

Keanekaragaman hayati telah menjadi pilar utama bagi kehidupan di bumi yang menghasilkan sumber-sumber pangan, obat-obatan, material, dan energi, bahkan memiliki peran besar dalam membentuk kebudayaan dan peradaban di Bumi. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan jumlah keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Dalam hal keragaman burung sendiri, saat ini Indonesia memiliki 1.794 jenis burung.

Seiring berjalannya waktu, populasi manusia semakin bertambah—bahkan saat ini telah mencapai miliaran. Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan akan pangan, papan, obat-obatan dan industri. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pembukaan lahan pun dilakukan di berbagai tempat. Tak hanya itu, pemanfaatan sumber daya alam secara tak berkelanjutan pun masih berlangsung dan mendorong kerusakan lingkungan dari hari ke hari.

Menjelang hari Keanekaragaman Hayati Internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Konvensi Keanekaragaman Hayati memilih “Our Solutions Are In Nature” sebagai slogan utama peringatan tahun ini. Selain itu, PBB juga menekankan pentingnya menurunkan kurva hilangnya keanekaragaman hayati. Dengan demikian, ada dua hal yang patut menjadi perhatian kita bersama yaitu kembali menyadari pentingnya peran alam dan keanekaragaman hayati di dalamnya bagi kehidupan.

Badan Konservasi Dunia (IUCN) mencatat lebih dari 31.000 spesies flora dan fauna saat ini menghadapi kepunahan, termasuk burung. Ilmuwan menyatakan hilangnya sumber-sumber keragaman hayati menyebabkan banyak kerugian bagi makhluk hidup, utamanya manusia. Kerugian paling terasa dalam beberapa dekade terakhir selain perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi yaitu maraknya transmisi virus dari hewan ke manusia yang berujung pada pandemi global. Penangkapan ilegal dan domestikasi hewan menjadi pemicu transmisi yang sebenarnya tak perlu terjadi.

Di sisi lain, hilangnya keanekargaman hayati juga berdampak pada ketahanan bumi dalam menghadapi perubahan iklim yang ada di depan mata. Bayangkan, bagaimana bumi kita ini dapat menyerap karbon jika hutan tak ada? Apa jadinya bila burung dan serangga yang berperan sebagai penyerbuk alami hilang? Rasanya berat bagi petani untuk memproduksi bahan pangan. Juga jika lautan terus tercemar dan ekosistem di dalamnya hilang, bagaimana nelayan kita akan bertahan hidup?

Mengingat seluruh makhluk hidup termasuk kita adalah bagian dari keanekaragaman hayati, para pemimpin dunia menyerukan “build back better” yang berarti membangun kembali dengan cara-cara yang lebih baik. Melalui kerja bersama di seluruh lini, kita dapat membangun ketahanan bangsa dan kelompok-kelompok masyarakat.  Selamat Hari Keanekaragaman Hayati.

Search

Burung Indonesia adalah anggota kemitraan global BirdLife International
© 2022 Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia)

id_IDIndonesian