Skip to content Skip to footer

Hari Laut Sedunia: Indonesia Rumah Bagi Terumbu Karang Dunia

Indonesia menjadi salah satu negara kepulauan yang memiliki bentang laut yang luas di dunia. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional atau “United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS) Indonesia memiliki laut seluas 3.257.357 kilometer persegi. Laut yang membentang luas di berbagai penjuru Tanah Air memiliki keanekaragaman hayati tinggi yang harus dijaga dari aktivitas perikanan yang merusak.

Di Indonesia, terdapat beberapa wilayah yang diidentifikasi sebagai koridor laut. Koridor-koridor ini merupakan area prioritas konservasi karena menjadi habitat keanekaragaman hayati dan juga jalur migrasi hewan laut yang penting. Menurut Profil Ekosistem Wallacea yang dirilis oleh Burung Indonesia dan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF), koridor laut seperti Solor-Alor, Togean-Banggai, Sulawesi Selatan, Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Utara, dan Perairan Buru memiliki nilai keanekaragaman hayati sangat tinggi.

Manajer Program Wallacea Burung Indonesia, Wahyu Teguh Prawira mengatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Segitiga Terumbu Karang, menjadi rumah dari 76 persen spesies terumbu karang dunia. Tak hanya itu, wilayah ini juga punya 15 spesies karang endemis regional dan 41 spesies karang endemis regional Asia.

Sehingga, menurutnya perlindungan terhadap laut Indonesia menjadi sangat penting. Hal ini dilakukan karena perairan laut sering menemui permasalahan seperti penangkapan ikan ilegal, tumpahan minyak, pemutihan koral, perubahan iklim, dan sampah. Jika permasalahan ini terus terjadi maka akan menyebabkan masalah bagi keanekaraman hayati dan juga ekonomi.

Capungan banggai, salah satu ikan endemis Indonesia (Foto: Burung Indonesia/Ahmad Syauqi)

“Sebagai megara maritim, sektor kelautan turut berkontribusi dalam urusan ekonomi pesisir, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional,” katanya.

Menurutnya, upaya perlindungan dan konservasi laut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh berbagai pihak seperti pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan kelompok masyarakat. Praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom dan pukat harus dihentikan.

Selain merusak ikan dan habitatnya, penangkapan ikan yang merusak juga memberikan dampak signifikan pada burung, terutama burung laut. Kondisi laut yang tidak sehat akan menyebabkan penurunan populasi ikan yang menjadi sumber makanan burung. Selain itu, hilangnya terumbu karang akibat bom akan berpengaruh pada burung yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem di tempat itu. Terdapat juga kasus burung yang terperangkap oleh alat tangkap nelayan seperti jaring hingga menyebabkan luka bahkan kematian bagi burung.

Maka dari itu, penting untuk melakukan perlindungan terhadap ekosistem laut mulai dari tingkat masyarakat hingga penegakan hukum. Praktik perikanan yang berkelanjutan juga turut berkontribusi dalam upaya pelestarian dan konservasi perairan laut di Indonesia.

id_ID