Skip to content Skip to footer

Kenali Manu’ Niu Lewat Poster

Pada November 2014, Burung Indonesia melakukan kegiatan penyadartahuan tentang seriwang sangihe di desa-desa sekitar Pegunungan Sahendaruman, Pulau Sangihe. Kegiatan ini dilakukan dengan menyebarkan poster seriwang sangihe di kantor Pemerintah Daerah, kantor desa, dan sekolah-sekolah di area tersebut.

Seriwang sangihe merupakan salah satu jenis burung yang sudah lama dikenal taksonomis. Koleksi pertama jenis ini dibuat oleh naturalis berkebangsaan Jerman, AB Meyer pada 1873. Namun, sejak itu keberadaan burung berstatus Kritis ini tak pernah tercatat kembali. Karena itu, seriwang sangihe sempat masuk dalam daftar burung yang telah punah. Hingga kemudian pada 1998, burung berbulu dominan biru ini ditemukan kembali oleh John Riley dan James C Wardill dari University of York dan University of Leeds, Inggris.

Ironisnya ketika ditemukan kembali tidak ada satu orang lokal pun yang mengenal atau mengetahui nama burung endemis Sangihe ini. Karena itu, tim survey menggunakan nama Niu, warga setempat yang pertama menemukan seriwang sangihe tersebut. Sejak itu seriwang sangihe dikenal juga dengan nama burung niu atau manu’ niu.

Meski manu’ niu sudah ditemukan kembali sejak 17 tahun silam, tetapi burung ini masih belum dikenal oleh masyarakat luas. Jenis burung ini kerap salah diidentifikasi sebagai jenis lain yang ada di Sangihe, misalnya burung-madu sangihe Aethopyga duyvenbodei.

Terlebih, habitat seriwang sangihe sangat spesifik. Jenis ini hanya dijumpai di lembah Pegunungan Sahendaruman dan jauh dari peradaban manusia. Wajar jika burung ini tidak umum dijumpai maupun dikenal masyarakat Sangihe.

Penyebaran poster dilakukan pada November 2014 oleh Burung Indonesia dengan dibantu Mahasiswa Pencinta Alam Anemon dari Politeknik Nusa Utara, Sangihe. Poster yang dibagikan berupa ilustrasi seriwang sangihe karya pelukis Paulo Alves dan pesan pelestarian burung tersebut dalam bahasa setempat.

Tanggapan yang datang dari masyarakat sangat beragam, dari yang terkagum-kagum akan keindahan burung endemis tersebut hingga prihatin terhadap nasibnya. Pembicaraan pun dimulai dari sejarah manu’ niu hingga kondisi populasi dan habitatnya saat ini di hutan lindung Pegunungan Sahendaruman. Dari penyebaran poster ilustrasi seriwang sangihe ini, masyarakat diajak untuk lebih mengenal dan bangga terhadap kekayaan hayati, terutama burung yang ada di Pulau Sangihe. (Panji Ahmad Fauzan)

id_ID