Gorontalo menjadi salah satu kawasan penting bagi keanekaragaman hayati di Indonesia. Terletak di jazirah utara Sulawesi, Gorontalo merupakan bagian dari kawasan biogeografi Wallacea, di antara biogeografi Asia dan Australia. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya flora dan fauna khas yang tidak terdapat di tempat lain di dunia.
Tercatat, Gorontalo memiliki sekitar 36 jenis burung endemik Sulawesi dan 10 jenis mamalia endemik Sulawesi. Sayangnya, flora dan fauna endemik tersebut banyak yang mulai terancam punah. Menurut data statistik kehutanan tahun 2011, ada sekitar 21 jenis fauna yang dilindungi di Provinsi Gorontalo, termasuk maleo senkawor (Macrocephalon maleo), babirusa (Babyrousa celebensis) dan anoa (Bubalus sp.).
Kekayaan tersebut merupakan kebanggaan kita sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan upaya-upaya pelestarian dan perlindungannya. Salah satu program Burung Indonesia adalah berupaya membangun apresiasi, pemahaman, kepedulian, serta kecintaan masyarakat pada upaya pelestarian burung dan habitatnya di Indonesia dalam berbagai kegiatan.
Salah satunya melalui kegiatan Merayakan Keragaman Burung di Indonesia yang merupakan agenda tahunan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kekayaan keanekaragaman hayati khususnya jenis burung di Indonesia. Momentum MKBI juga dikembangkan sebagai upaya mensosialisasikan program konservasi yang dilakukan oleh Burung Indonesia guna menjaring dukungan masyarakat untuk terlibat dan bekerjasama melakukan upaya pelestarian burung dan habitatnya. MKBI ini diselenggarakan di lokasi kerja Burung Indonesia seperti di Bogor, Jakarta dan di setiap lokasi kerja Burung Indonesia, termasuk Sumba, Flores, Halmahera dan Gorontalo.
Helatan MKBI di Gorontalo dilakukan dalam bentuk rangkaian kegiatan yang dimulai dari pelaksanaan kunjungan ke sekolah di Desa Makarti Jaya, Kecamatan Taluditi pada tanggal 19 Agustus 2014 sebagai bagian dari kampanye penyadartahuan dan pendidikan lingkungan hidup. Kegiatan penyadartahuan di Mekarti Jaya dilakukan dengan mengajak anak-anak mengenal dan mencintai burung sejak usia dini dalam bentuk membuat gambar-gambar burung, mewarnai dan origami.
Kegiatan selanjutnya, pembukaan Pondok Kerja Burung Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2014, dilaksanakan di Kota Marisa, Kabupaten Pohuwato. Dalam pelaksanaannya dilakukan penanaman pohon peneduh dan pengundang burung yang turut dihadiri oleh Wakil Bupati Pohuwato, H. Amin Haras dan berbagai pihak yang mendukung upaya pelestarian alam di Pohuwato. Dalam kegiatan tersebut diadakan pentas lagu-lagu bertema pelestarian serta seni tari daerah oleh siswa setempat.
Pada tanggal 23 Agustus 2014 digelar pula sebuah event akbar berupa pentas seni dan budaya bertajuk “Hulonthalo Lipu’u; Negeri 1001 Burung.” Gelaran di Atrium Gorontalo Mall, Kota Gorontalo ini dilaksanakan bekerja sama dengan Masyarakat Fotografi Gorontalo (MFG), Komunitas Gorontalo Perupa (GOROPA), dan Komunitas untuk Bumi (KUBU). Pentas seni dan budaya Gorontalo ini menyajikan beragam kegiatan berupa pameran foto burung hasil jepretan Masyarakat Fotografi Gorontalo, aksi melukis dan membuat sketsa bersama komunitas Gorontalo Perupa (GOROPA) dan kegiatan lainnya yang digelar dari jam 11.00 siang hingga malam.
Di lokasi kegiatan disediakan pula pojok photo booth yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berfoto sambil membawa pesan-pesan pelestarian burung. Pengunjung yang berfoto dapat membawa pulang hasil cetak fotonya secara gratis. Ada juga pojok main anak dimana para pengunjung yang membawa anak-anak datang ke Gorontalo Mall bisa mewarnai gambar beraneka jenis burung yang sudah disediakan.
Pada malam puncak, para pengunjung disuguhkan dengan beragam pentas seni dan budaya mulai dari pentas tari Dana-dana dan Tidi lo malu’o, musik akustik, serta pentas Paiya lo hungolopoli yang berkolaborasi dengan atraksi melukis burung dan hutan yang dilakukan oleh seorang pelukis naturalis dari Portugal bernama Paulo Alves.
Dalam kolaborasi ini ditampilkan kekuatan kreatifitas seni tradisional Gorontalo yang disajikan oleh kelompok Paiya Lo Hungolopoli dari Kelurahan Otanaha pimpinan Ka ‘Idi. Kelompok seni tradisional ini dengan piawai melantunkan pantun-pantun dalam bahasa lokal yang bercerita tentang burung-burung, hutan dan lingkungan. Pada saat bersamaan, pertunjukan ini dipadukan dengan kreatifitas Paulo Alves yang menuangkan cerita Ka ‘Idi ke atas kanvas.
Kampanye pelestarian burung dan habitatnya di Gorontalo dengan mengangkat isu seni dan budaya Gorontalo dalam konteks merayakan kegaraman burung Indonesia memiliki pesan yang saling terkait. Dalam pengantarnya, Agus Budi Utomo, Direktur Eksekutif Burung Indonesia menyampaikan bahwa, sejak dulu burung di Gorontalo telah menjadi sumber inspirasi bagi perkembangan sosio kultural masyarakat Gorontalo. Penggunaan simbol-simbol dalam tradisi dan ritual budaya masyarakat baik dalam pakaian adat, seni tarian, dan ritual-ritual lain menjadi bukti bahwa burung merupakan sumber inspirasi bagi seni dan budaya sejak dahulu.
Faktanya, invasi modernisasi kini membawa nilai-nilai baru yang secara tidak sadar mulai menggerus kebanggan masyarakat kepada budaya lokal dan mengancam eksistensi tradisi kultural Gorontalo. Hal serupa juga terjadi pada keberadaan burung-burung di Gorontalo. Berbagai jenis burung harus bertahan dalam keterancaman yang diakibatkan kerusakan hutan sebagai habitatnya, maupun aktivitas perburuan yang masih terus terjadi.
Sebagian jenis burung yang menjadi sumber inspirasi seni dan budaya itu kini terancam punah, seperti maleo senkawor dan julang sulawesi. Agus Budi juga menyampaikan bahwa upaya melestarikan kekayaan seni budaya tradisional akan sulit dilakukan jika kita tidak berupaya melestarikan kekayaan hidupan liar, termasuk burung, yang menjadi sumber inspirasinya. Sementara melestarikan burung perlu disertai pula dengan upaya pelestarian hutan yang menjadi habitatnya. Pada akhirnya, melestarikan hutan akan memberikan manfaat bagi masyarakat karena hutan adalah sumber kehidupan yang menyediakan layanan alam berupa air bersih, makanan, dan obat-obatan. Korelasi inilah yang menjadi pesan kunci pada perayaan MKBI; Hulonthalo Lipu’u Negeri 1001 burung di Gorontalo.
Gelaran di Atrium Gorontalo Mall ini dibuka oleh istri gubernur Gorontalo, Hj.Idah Syahidah Rusli Habibie. Idah menyambut baik kegiatan positif yang dilaksanakan atas kerjasama Perhimpunan Burung Indonesia, MFG, GOROPA, dan KUBU ini. Dalam sambutannya, beliau mengharapkan kegiatan ini dapat menambah kecintaan kita terhadap lingkungan, dan kecintaan kita terhadap keragaman burung. Idah juga menekankan masyarakat di Gorontalo untuk tidak lagi menembak burung. “Semoga dengan kehadiran Burung Indonesia yang baru merayakan hari jadinya yang ke 12, dapat menambah wawasan kita, mahasiswa, dan masyarakat Gorontalo pada umumnya dalam upaya melestarikan keragaman burung yang ada di Gorontalo,” ujarnya.
Helatan MKBI tidak berhenti di atrium Gorontalo Mall. Keesokan harinya pada 24 Agustus 2014, masih bersama MFG dan GOROPA, Burung Indonesia kembali menggelar kegiatan edukasi di Benteng Otanaha dan Danau Limboto. Di Benteng Otanaha, dilakukan kegiatan pengamatan burung bersama anak-anak sekitar benteng dan siswa sekolah SMP Negeri 12 sedangkan di Danau Limboto dilakukan kegiatan hunting foto dan pembuatan sketsa burung bersama Paulo Alves. Harapannya, dari gelaran MKBI ini, beragam informasi tentang burung yang telah disebarkan, beragam lukisan dan gambar-gambar kreatif yang dihasilkan menjadi sebuah pengetahuan awal yang merupakan modal sosial untuk terus melestarikan burung dan habitatnya di Gorontalo. (Windy Botutihe)