Skip to content Skip to footer

Ragam Kekayaan Hayati Wallacea

Seriwang sangihe, burung endemis Pulau Sangihe (Foto: Burung Indonesia/Ganjar C. Aprianto)

Wallacea dapat diandaikan sebagai pecahan kecil surga yang ada di bumi. Kawasan biogeografis yang meliputi Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kepulauan Maluku mempunyai keanekaragaman hayati yang berbeda dengan di kawasan Asia dan Australo-Papua. Bahkan, penjelajah dan naturalis terkemuka asal Inggris yang bernama Sir Alfred Russel Wallace terpesona dengan kawasan tersebut.

Dalam bukunya, Wallace merasa kagum dengan perbedaan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan ini. Menurutnya ada perbedaan yang signifikan antara Nusantara bagian lain dengan kawasan Wallacea, seperti antara Pulau Bali dengan Lombok.

Untuk memeringati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional, mari kita bahas fauna-fauna unik asal Wallacea:

Maleo Sengkawor, Burung Berjambul yang Memendam Telurnya

Burung unik ini cukup berbeda dari kebanyakan burung lainnya. Jika burung lain mengerami telur di sarangnya, tapi maleo malah mengubur telur-telurnya di dalam pasir atau tanah dan mengandalkan sumber panas bumi. Untuk mengelabui predator yang mengancam telurnya, induk maleo membuat beberapa lubang kosong untuk mengecoh. Maleo sengkawor tersebar di Pulau Sulawesi dan beberapa pulau sekitarnya.

Seriwang Sangihe, Si Biru yang Sempat Hilang

Burung yang memiliki bulu dominan berwarna biru merupakan burung endemis Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Seriwang sangihe sempat diduga hilang sekira seratus tahun. Pada akhirnya burung ini ditemukan kembali oleh dua peneliti asal Inggris pada 1998. Burung ini merupakan pemakan buah dan biji-bijian. Sehingga bisa disebut sebagai “petani hutan” karena berkontribusi dalam penyebaran benih di Hutan Sahendaruman yang menjadi habitat alaminya.

Yaki, Si Ekor Pendek dengan Rambut “Punk”

Macaca nigra lebih dikenal dengan nama “yaki” atau monyet hitam sulawesi. Tidak seperti kebanyakan monyet, yaki mempunyai ekor yang cukup pendek, hanya sekitar 20 sentimeter. Selain itu, monyet ini juga memiliki tampilan rambut yang unik serupa jambul di bagian tengahnya. Yaki menjadi salah satu satwa endemis Indonesia. Sebagaimana dengan hewan primata lainnya, yaki memiliki kemampuan belajar yang tinggi. Mereka mampu mengamati dan meniru perilaku manusia, bahkan cara untuk mendapatkan makanan.

Capungan Banggai, Ikan Endemis Penghuni Terumbu Karang

Capungan banggai merupakan salah satu spesies ikan endemis Indonesia. Capungan banggai hanya ditemukan di perairan sekitar Kepulauan Banggai sebagai habitat aslinya. Capungan banggai dikenal unik dikarenakan betina akan menyimpan telur-telur di dalam mulutnya untuk melindungi dan merawat mereka sampai menetas. Selama itu, mereka biasanya tidak makan dan bergantung pada cadangan energi yang disimpan. Meski telah dibudidayakan di banyak lokasi, namun jumlah yang ditangkap di alam liar masih tinggi. Jika hal ini terus terjadi, tentunya ikan hias khas Kepulauan Banggai semakit dekat dengan jurang kepunahan.

Tarsius, Primata Kecil Bermata Besar

Sulawesi bisa dibilang menjadi rumah bagi berbagai spesies tarsius. Primata kecil ini mendiami banyak lokasi di Pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, seperti tarsius peling, tarsius wallacei, dan tarsius sangihe. Tubuhnya yang kecil memungkinkan hewan ini dapat melompat sejauh lima sampai enam meter.

Satwa-satwa yang disebutkan di atas merupakan bagian kecil dari kekayaan hayati yang ada di Wallacea. Meski begitu, keanekaragaman hayati yang banyak ini juga mengalami berbagai tantangan dari berbagai hal. Maka dari itu, peran dan dukungan dari berbagai pihak menjadi upaya yang harus dilakukan untuk mendukung kelangsungan hidup penghuni surga kecil bernama Wallacea.

Selamat Hari Keanekaragaman Hayati.

id_ID