Skip to content Skip to footer

Rilis – Menjaga Bumi dengan Menjaga Lingkungan

BOGOR, BURUNG INDONESIA-Menjaga lingkungan merupakan langkah bijak untuk menjaga bumi. Kesadaran ini harus ditanam sejak dini mengingat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup di bumi, planet yang pada tahun 2100 diperkirakan akan menampung manusia sebanyak delapan miliar.

Menjaga dan melindungi sebuah pohon di lingkungan sekitar merupakan langkah kecil yang bernilai besar untuk merawat bumi. Pohon merupakan aset dan potensi jangka panjang yang perlu dijaga. Pohon juga memiliki nilai keindahan dan sisi ekonomis. Sebuah pohon kamper di Dexing, Cina, yang diperkirakan berusia 1.800 tahun dengan tinggi 23 meter dan bisa dilingkari oleh 18 orang bergandengan tangan, mampu meneduhkan kawasan lebih dari 1.000 meter persegi.

Sebatang pohon yang tumbuh juga diperkirakan dapat mengikat 10 hingga 15 kg karbon dioksida. Diperkirakan, dalam satu hektarnya bisa menyerap sekitar 10 ton karbon dioksida yang disemburkan ke atmosfer melalui asap kendaraan dan pabrik industri setiap tahunnya.

Pohon juga tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga sangat berarti bagi kehidupan berbagai jenis burung. Di sebuah pohon, burung tidak hanya beristirahat, tetapi juga menjadikan pohon tersebut sebagai sumber makanan, bersarang, dan membesarkan keturunan. Kakatua sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) yang hanya dapat ditemui di Pulau Sumba, misalnya.

Di Sumba, burung berciri jambul berwarna oranye ini menggantungkan hidupnya di hutan primer dan sekunder. Meskipun, secara berkala mengunjungi lahan budidaya yang pohonnya jarang untuk mencari sumber makanan alternatif.

Jenis pohon yang sangat disukai kakatua sumba untuk dijadikan sarang adalah pohon nggoka (Chisocheton sp.) dan marra (Tetrameles nudiflora). Selain kedua jenis pohon ini dapat tumbuh besar dan menjulang, kandungan airnya juga tidak terlalu tinggi. Sehingga, sangat cocok bagi sang betina untuk bersarang (di lubang pohon) dan mengerami telurnya. Salah satu sarang aktifnya yang berhasil diidentifikasi berada di lereng bukit Lakokur, Desa Umamanu, Kecamatan Katikutana Selatan, Kabupaten Sumba Tengah.

Namun, berkurangnya pohon sarang di hutan alam telah membuat burung lambang persatuan masyarakat Sumba ini mengalami kendala dalam hal berkembang biak. Jumlah telur yang dihasilkan saat berbiak antara dua hingga tiga butir, sangat bergantung pada cuaca dan pohon sarang karena berkaitan erat dengan kesuksesan penetasannya. Selain itu, kakatua sumba juga harus menghadapi persaingan penggunaan pohon sarang dengan jenis paruh bengkok lain seperti nuri bayan (Eclectus roratus) dan betet-kelapa paruh-besar (Tanygnathus megalorynchos).

Sekitar tahun 70-an, kakatua sumba masih mudah dijumpai. Kini, jumlah populasi burung yang merupakan anak jenis endemik Pulau Sumba ini diperkirakan sekitar 563 ekor. Jumlahnya terus menurun seiring semakin sedikitnya pohon sarang serta akibat penangkapan dan perdagangan untuk dijual ke pasar dalam maupun luar negeri.

Menjaga bumi butuh tindakan nyata. Dengan menjaga lingkungan sekitar, meski hanya dengan merawat sebuah pohon, kita telah meringankan beban bumi dari permasalahan lingkungan serta menjaga ekosistem kehidupan makhluk lain di dalamnya.*

Publikasi terkait:

Kompas.com

AgroIndonesia Vol. VII, No. 400, 8 – 14 Mei 2012, Halaman 17

Keterangan lebih lanjut, hubungi :

Dwi Mulyawati
Bird Conservation Officer Burung Indonesia
Jl. Dadali No. 32, Tanah Sareal, Bogor
Phone: (0251) 8357 222
Fax: (0251) 8357 961
Mobile:: 0812 80196 748
E-mail: d.mulyawati@burung.org

Fahrul P Amama
Communication and Media Relation Burung Indonesia
Mobile: 0815 84287 864
E-mail: fahrul@burung.org

Catatan untuk Redaktur:

  • News Release ini diterbitkan Burung Indonesia terkait dengan peringatan Hari Bumi 22 April 2012.
  • Kakatua sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) merupakan anak jenis endemik Pulau Sumba. Di Sumba, anak jenis yang memiliki ciri berupa jambul berwarna oranye ini, umumnya hidup di hutan primer dan sekunder, dan kerap mengunjungi lahan budidaya yang pohonnya jarang. Habitatnya pada ketinggian lebih dari 950 m di atas permukaan laut. Satwa ini sangat sulit berkembang biak, selain kebutuhan khusus akan jenis pohon sarang, kondisi lingkungan yang jauh dari aktivitas manusia juga memengaruhi keberhasilan perkembangbiakannya.
  • Burung Indonesia adalah organisasi nirlaba dengan nama lengkap Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia yang merupakan bagian dari kemitraan global BirdLife International. Burung Indonesia mengarahkan fokus pekerjaan kepada pelestarian jenis-jenis burung endemik Indonesia yang terancam punah, berserta habitatnya.

{jcomments on}

id_ID