Indonesia menjadi negara yang sangat kaya, terdapat 1.818 spesies yang hidup di dalamnya. Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan juga menjadi surga bagi berbagai burung-burung luar biasa. Mulai dari hamparan laut, sampai rimbunnya hutan hujan tropis menyimpan berbagai spesies burung yang sangat memesona. Bulunya yang indah, tingkah lakunya yang unik, sampai suaranya yang merdu merupakan harta tak ternilai harganya yang dimiliki oleh bumi Nusantara.
Di sebuah pulau yang terletak di selatan Indonesia terdapat burung cantik yang tampak selalu tersipu malu. Pipinya kuning merona akan membuat membuat kita tersipu saat menatapnya. Sementara itu, jambulnya yang berwarna jingga tegak berdiri semakin menunjukkan bahwa tubuhnya sangatlah anggun. Ya, dia adalah kakatua sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata).
Burung ini merupakan saudara dari kakatua-kecil jambul-kuning (Cacatua sulphurea) yang tersebar di Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor. Sementara itu, keberadaan kakatua sumba hanya ada di Pulau Sumba yang terletak di bagian selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di habitatnya, kakatua sumba hidup di hutan primer dan sekunder. Pepohonan merupakan tempat favorit burung tersebut. Pohon yang tumbuh besar menjulang dan memiliki kandunan air yang tidak terlalu tinggi adalah favoritnya. Pohon dengan karakter tersebut dipilih karena sangat cocok bagi betina untuk bersarang dan mengerami telurnya selama 30 hari. Pohon nggoka (Chisocheton sp.) dan marra (Tetrameles nudiflora) pohon sarang kesukaan dari burung cantik itu.
Kakatua sumba dahulunya masih satu spesies dengan kakatua-kecil jambul-kuning. Namun, perbedaan karakteristik morfologi menjadi alasan utama terjadinya pemecahan taksonomi. Kakatua sumba memiliki karakteristik yang berbeda secara mencolok dibandingkan subspesies kakatua-kecil jambul-kuning lainnya.
Ukuran paruh yang lebih besar, sayap dan ekor yang lebih panjang, bulu penutup telinga yang sebagian besar berwarna jingga pucat, dan jambul panjang berwarna jingga. Bukti lebih lanjut yang menunjukkan bahwa paruh individu remaja kakatua sumba lebih gelap dibandingkan remaja taksa kakatua-kecil jambul-kuning lainnya, sehingga memperkuat dasar pemecahan kakatua sumba sebagai spesies tersendiri.
Dahulu, sekitar tahun 1970-an kakatua sumba sangat mudah untuk dijumpai, bahkan dianggap sebagai hewan penggangu tanaman jagung oleh masyarakat pada masa itu. Tetapi kini populasinya menurun akibat perburuan dan perdagangan utnuk dipelihara di dalam kandang. Badan Konservasi Dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) menyematkan status Kritis (Critically Endangered/CR) kepada burung cantik ini.
Meski begitu, pemecahan taksonomi kakatua sumba dari kakatua-kecil jambul-kuning menambah daftar kekayaan spesies burung yang ada di Indonesia. Namun, hal ini juga menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga burung-burung cantic ini tetap terbang menghiasi langit Sumba.
Si Kecil dari Pesisir
Luasnya hamparan laut Indonesia juga menjadi habitat bagi makhluk mungil nan memesona. Paruhnya pendek, panjang tubuhnya hanya sekitar 15 cm. Meski begitu, unggas kecil ini memiliki mata yang sangat waspada untuk mengawasi lingkungannya serta kaki pendek yang sangat cekatan saat berlarian di hamparan pasir pantai.
Si kecil ini adalah cerek jawa (Charadrius javanicus). Burung ini menggantungkan hidupnya pada kawasan tepi laut untuk mencari makan dan berkembang biak. Selain di pesisir pantai, burung endemis Pulau Jawa ini dapat dijumpai di kawasan tambak. Hewan ini juga dikenal sebagai burung peracah, atau spesies kelompok burung air.
Meski cerek jawa merupakan burung endemis Pulau Jawa, namun persebarannya tidak terbatas di Pulau Jawa dan kangenan. Burung ini terkonfirmasi menghuni habitat pesisir selatan Pulau Sumatera (Lampung), Sulawesi, Meno, Semau, dan Flores. Hal ini juga memengaruhi status dari si mungil ini. Burung ini sebelumnya berstatus Rentan (Vulnerable) telah berubah menjadi Risiko Rendah (Last Concern).
Burung yang memiliki kepala berwarna coklat kemerahan ini menjadi salah satu indikator penting di habitatnya yang merupakan pesisir laut. Unggas mungil ini sangat menyukai kerrang-kerangan kecil, cacing, ikan, dan juga udang sebagai makanan. Maka dari itu, kesadaran manusia terhadap pentingnya keberadaan burung di alam harus semakin meningkat, agar alam tetap lestari dan menjadi rumah bagi semua makhluk. Meski persebaran cerek jawa telah terkonfirmasi hingga ke beberapa wilayah di luar Pulau Jawa, bukan berarti kepedulian kita terhadap burung mungil itu berkurang. Kepedulian yang kita lakukan akan membuat cerek jawa tetap berlarian di hamparan pasir pantai.