Tebalnya kabut di Gunung Patuha bagaikan sebuah tirai yang menutupi harta berharga tak ternilai harganya di kawasan tersebut. Patuha merupakan bentang alam yang memiliki hutan pegunungan dengan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebanyak 124 spesies burung mendiami area ini, 19 spesies di antaranya merupakan jenis endemis dan 19 spesies menyandang status dilindungi oleh pemerintah.
Keberadaan sekitar 40 persen burung endemis khas hutan pegunungan di Gunung Patuha menjadikannya patut disebut sebagai miniatur keanekaragaman hayati hutan pegunungan Jawa bagian barat. Selain kaya akan keragaman burung, gunung setinggi 2.434 mdpl ini juga menjadi rumah bagi berbagai spesies yang keberadaannya berada di jurang kepunahan seperti macan tutul (Panthera pardus melas) dan lutung surili (Presbytis comata).
Memiliki kekayaan di permukaan bumi, Gunung Patuha juga memiliki harta yang tersimpan di bawah tanah berupa panas bumi, yang selain dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik yang berkelanjutan, juga berfungsi sebagai lokasi wisata. Kawasan Patuha juga menjadi area tangkapan air dan mendukung sumber air bagi kawasan di sekitar Kabupaten Bandung.
Keberadaan hutan di Patuha sangat penting bagi kelestarian sumber energi panas bumi di kawasan tersebut. Apabila tidak ada upaya pelestarian untuk memastikan keberlanjutan keanekaragaman hayatinya, bukan tidak mungkin potensi-potensi alam tersebut akan hilang dari Patuha. Maka dari itu, Burung Indonesia bersama PT Geo Dipa Energi Unit Patuha dan Pemerintah Desa (Pemdes) Sugihmukti melakukan kolaborasi untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.
Pengamatan Burung di area PT Geo Dipa Energi Unit Patuha (Foto: Burung Indonesia)
Tinggal di kawasan yang menyimpan kekayaan alam melimpah, menjadi anugerah bagi masyarakat yang bermukim di kaki Gunung Patuha, salah satunya warga Desa Sugihmukti. Kesejahteraan masyarakat Sugihmukti berkaitan erat dengan sumber daya alam yang ada di sana. Memiliki tanah yang subur untuk lahan pertanian, sumber mata air bersih, dan pemanfaatan alam sebagai objek wisata merupakan contoh manfaat yang mereka dapat. Belum lagi ditambah dengan burung-burung yang berperan sebagai pengendali populasi hama sehingga dapat mendukung keberlangsungan pertanian lokal.
Guna memperbanyak informasi terkait keanekaragaman hayati, potensi alam, dan ancaman habitat di sekitar Patuha, Burung Indonesia bersama dengan PT Geo Dipa Energi Unit Patuha dan warga Sugihmukti melaksanakan kegiatan pemantauan alam di hutan sekitar desa. Melalui kegiatan ini, diharapkan warga Sugihmukti dan pekerja PT Geo Dipa Energi Unit Patuha mampu mengetahui hal-hal yang harus dilakukan agar spesies-spesies burung dan habitatnya dapat terjaga. Semangat untuk menjaga kawasan hutan agar tetap lestari juga muncul dari para pemuda, mereka membentuk kelompok bernama Pasukan Jaga Leuweung (PJL) yang berarti pasukan penjaga hutan. Kelompok ini berperan aktif dalam kegiatan pemantauan lingkungan, mulai dari pengumpulan sampah yang nanti akan disalurkan ke bank sampah, sampai pemantauan burung-burung di hutan desa secara rutin. Hal ini dilakukan semata-mata karena rasa cinta mereka terhadap alam dan menjaga kelestarian kawasan desa.
PT Geo Dipa Energi Unit Patuha dan Burung Indonesia juga melaksanakan program pembibitan dan persemaian pohon guna melakukan pemulihan hutan yang mengalami gangguan. Sebanyak 3.000 bibit pohon yang terdiri dari 12 spesies pohon endemis disiapkan dan nanti akan ditanam di kawasan hutan.
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakat Sugihmukti. Di desa tersebut, petani dibagi menjadi dua, yakni petani hortikultura. Pada umumnya, lokasi kebun para petani berada di wilayah permukiman dan relatif dekat. Sedangkan lokasi kebun para petani kopi cukup jauh dari permukiman. Petani kopi tidak memiliki pengetahuan dasar tentang kopi dan selama ini telah bekerja berdasarkan pengalaman. Mereka juga menghadapi masalah pupuk yang mahal, sehingga tidak dapat memupuk tanaman kopi secara layak dan mempengaruhi produktivitas panen. Untuk meningkatkan produktivitas panen, para petani kopi diberi prasarana untuk belajar dan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan kopi yang berkelanjutan.
Pemanfaatan atau pembuatan pupuk kompos menjadi salah satu upaya untuk menunjang kebutuhan hara. Selain itu pemanfaatan pupuk kompos akan menghemat pengeluaran petani karena bahan-bahan pupuk kompos biasanya tersedia di lingkungan sekitar dan bisa didapat dengan harga yang relatif murah. Selain menghemat biaya produksi, penggunaan pupuk kompos juga dapat mengurangi dampak pestisida yang nantinya berpengaruh pada habitat burung. Banyak cara dapat dilakukan untuk menjaga alam agar tetap lestari, maka dari itu manusia harus berupaya agar burung-burung dapat terbang bebas di habitatnya. Hutan hijau yang membentang luas bagaikan batu zamrud tak boleh terkikis sedikit pun. Selama harta di balik kabut Patuha masih terjaga, maka alam akan terus memberikan manfaatnya bagi seluruh makhluk yang ada di dalamnya. (Kukuh A. Tohari)