Tidak semua orang dapat mengakses air bersih dengan mudah dan lancar. Kesulitan seperti ini pernah dialami oleh warga yang bermukim di Dusun Titipa, Desa Dodaga, Kecamatan Wasile Timur, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. Akses air bersih yang mereka miliki sangat terbatas dan hanya bergantung pada sebuah sungai kecil yang berada di sebelah timur dari wilayah Dusun Titipa.
Sumber air yang berasal dari sungai inilah yang kemudian dimanfaatkan menjadi sumber mata air utama bagi setiap masyarakat yang ada di Dusun Titipa. Mereka mesti berjalan kaki sejauh sekira 500 meter dengan membawa sebuah galon yang akan digunakan untuk menampung air dan dibawa kembali ke masing-masing rumah. Aktivitas tersebut sudah menjadi suatu kewajiban yang harus dilalui setiap harinya.
Kegiatan seperti itu akan sering teramati pada pagi dan sore, dimana masyarakat akan berjalan menuju sungai untuk mandi ataupun untuk mengambil air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesulitan mendapatkan sumber air bersih seperti ini sudah berlangsung sangat lama, yakni sejak terjadinya peristiwa bencana banjir bandang yang merendam dan menghanyutkan permukiman warga pada 2009. Sebagian anggota masyarakat kemudian memutuskan untuk berpindah ke lokasi yang saat ini menjadi Dusun Titipa. Sebelumnya mereka bermukim di sekitar wilayah Totodoku yang berjarak satu kilometer dari lokasi saat ini.
Berbagai upaya pernah dicoba, baik oleh instansi pemerintah maupun lembaga lain untuk mengatasi permasalahan air bersih yang dialami masyarakat Dusun Titipa. Satu di antaranya ialah dengan menggunakan pipa yang direndam di dalam sungai kemudian ditarik dengan menggunakan sebuah mesin untuk membawa air ke dalam bak penampung yang berada di dusun. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena beberapa hal. Pertama, mesin air mudah panas dan sering rusak; Kedua, masyarakat tidak mau membayar penggunaan meteran listrik subsidi pemerintah daerah sesuai kesepakatan awal; Ketiga, air sering tercemar.
Burung Indonesia kemudian mendorong masyarakat bersama-sama mencari solusi atas permasalahan air yang ada. Hal ini ditandai dengan dilaksanakannya pencarian sumber mata air selama lima hari dengan menelusuri kawasan hutan dan wilayah perbukitan yang ada di seputaran Dusun Titipa. Akhirnya pada 7 November 2023, sumber mata air yang menjadi harapan bagi kehidupan masyarakat ditemukan dan kemudian disepakati secara bersama agar dapat ditindaklanjuti dalam pertemuan lanjutan terkait pemanfaatan sumber mata air bersih tersebut.
Atas dasar hasil proses musyawarah, maka dilaksanakan kerja bakti di lingkup masyarakat dusun pada 13 November 2023 untuk melakukan pembersihan dan pengangkutan material dan proses pembangunan bak penampung di lokasi mata air. Kegiatan ini berlangsung dalam beberapa tahapan dan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dan Burung Indonesia, baik untuk pengadaan bahan material pembangunan dan pengadaan pipa air.
Jauhnya jarak menuju mata air, dengan bentuk medan yang terjal dan kondisi di sepanjang jalur yang licin dan berbatu, sempat membuat masyarakat kesulitan dalam setiap prosesnya. Tak jarang pada setiap kali kegiatan pengangkutan material dan pemasangan pipa banyak masyarakat yang terjatuh karena kondisi medan yang sulit. Tetapi harapan dan mimpi untuk mendapatkan dan memiliki sumber air bersih yang akan terus mengalir bahkan di saat masyarakat tertidur membuat mereka tetap bersemangat.
Hingga akhirnya tepat pada 2 Maret 2024—setelah 15 tahun sejak memutuskan berpindah pada 2009 dan setelah melalui berbagai proses pembangunan yang melelahkan selama empat bulan—untuk pertama kalinya masyarakat Dusun Titipa memiliki sumber mata air yang dapat mengalir langsung ke setiap rumah, bahkan di saat masyarakat sedang tertidur. Rasa bahagia sambil menggelengkan kepala nampak pada setiap wajah masyarakat ketika melihat air yang mengalir berlahan memasuki setiap rumah yang ada.
“Akhirnya air itu mengalir di dusun kami,” begitu ujar mereka bersyukur.