Penampilannya biasa saja. Tubuh hanya seukuran kutilang dengan didominasi warna putih, cokelat serta hitam dan ekor panjang. Sementara paruhnya tebal dan pendek dengan ujung berkait tetapi tidak berkesan garang.
Meskipun demikian, bentet kelabu patut dijuluki sebagai jagal pengintai karena perilakunya. “Burung yang tersebar dari Iran hingga Papua ini gemar menyantap hewan lain. Sebut saja serangga seperti belalang, jangkrik, dan kumbang, hingga kadal, kodok dan burung lain. Jenis burung yang kerap menjadi mangsa burung ini antara lain bondol, perenjak, dan manyar,” ujar Jihad, Bird Conservation Officer Burung Indonesia.
Bentet kelabu biasanya bertengger di ujung gelagah tinggi atau ranting pohon di padang rumput terbuka, persawahan maupun tepi hutan yang memiliki tegakan pohon untuk mengintai mangsanya. Di tempat yang tinggi, burung bernama latin Lanius schach ini dapat dengan mudah mengintai gerak-gerik mangsanya. Umumnya, bentet kelabu lebih memilih mangsa yang berada di atas tanah dibanding yang terbang.
Selanjutnya, ketika mangsa tersebut lengah, burung bertopeng hitam ini akan menyambarnya dan membawanya ke tempat bertengger. Tak jarang bentet kelabu menancapkan mangsanya di ranting berujung runcing atau duri besar lalu menguliti dan menyantapnya sedikit demi sedikit.
Untuk anak-anaknya, bentet kelabu biasanya membawakan serangga atau ulat. Namun, kadang-kadang burung ini juga menyuapi anaknya dengan potongan mangsa besar. Sekitar dua minggu setelah bulu-bulu sayapnya tumbuh, anakan bentet kelabu kemudian mulai belajar mencari mangsa sendiri.
Di Indonesia, bentet kelabu kerap ditangkap dan diperdagangkan sebagai burung peliharaan. Sebab, meski burung ini memiliki suara serak tetapi juga memiliki kicauan merdu, sehingga di beberapa kota besar, bentet kelabu mulai sulit ditemui di alam.*