Burung Indonesia telah ditunjuk sebagai mitra nasional dalam implementasi proyek European Union- Forest Governance (EU-FG) di Indonesia yang merupakan inisiatif dari kemitraan global BirdLife Internasional. Program EU-FG didanani oleh Uni Eropa selama 5 tahun (2017-2022) yang berjudul “Penguatan Peran Serta Para Pihak Non-Pemerintah dalam Tata Kelola Kehutanan”. Kegiatan ini berlokasi di empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina dan Papua Nugini.
Burung Indonesia telah menyelenggarakan acara National Stakeholder Committee pada tanggal 13 Agustus 2019 di Hotel Savero, Bogor. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Birdlife International, Centre of International Development and Training (CIDT), Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK), Forest Watch Indonesia, dan pemerintah Manggarai Barat. Agenda utama kegiatan adalah membahas perkembangan proyek dan rencana Forest Governance Forum (FGF).
Asep Ayat selaku Forest Programe Coordinator menyampaikan paparan terkait perkembangan proyek pada tingkat nasional dan tapak. Menurut Asep, saat ini Kelompok Kerja Restorasi Ekosistem (POKJA RE) dengan multi-stakeholder sebagai think-tank penguatan kebijakan dan pusat pembelajaran implementasi RE. Melalui POKJA RE, promosi dan penguatan kegitan konservasi dan RE serta REDD+ dapat berkontribusi pada pengelolaan hutan lestari. Pada tapak tapak, Burung memfasilitasi pelaksanaan restorasi ekosistem berbasis komunitas. Selain itu, melalui proyek ini diharapkan dapat mempromosikan penguatan Jaringan Pemantau Independen dan petani skala kecil di Bentang Alam Mbeliling (Flores) sebagai lokasi percontohan untuk FLEGT-VPA.
Pertemuan ini sekaligus penyampaian rencana Forest Governance Forum (FGF) dengan melibatkan aktor non pemerintah di kawasan Asia Tenggara yang akan diselenggarakan pada Februari 2020 di Jakarta, Indonesia. Richard Nyirendra, perwakilan dari CIDT memberikan paparan rencana FGF sebagai ajang musyawarah terbuka mengenai hal-hal terkini tentang tata kelola hutan, FEGT-VPA, REDD+ dan inisiatif lainnya terkait pengurangan deforestasi, degradasi hutan, dan pemberantasan pembalakan liar. Selain itu, forum ini juga akan fokus pada berbagi pengalaman dan dokumenasi pembelajaran yang diperoleh pada proses FLEGT dan juga melihat perkembangan di masa depan.
Masih dalam forum yang sama, Hum Gurung selaku Regional Project Manager Birdlife International menyampaikan bahwa proyek dirancang mendukung proses pemantauan, perencanaan dan penguatan kebijakan kehutanan termasuk inisiatif FLEGT-VPA dan REDD+ yang telah ada. Proyek ini juga diharapkan dapat membuat perubahan positif dan pentingnya REDD+ terkait perubahan iklim.
Djohan Utama Perbatasari selaku Direktur Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Produksi (UJL-HHBKHP) menyampaikan sambutan yang baik terkait proyek ini. Pihaknya juga memberikan dukungan terhadap restorasi ekosistem yang dijalankan oleh aktor non pemerintah yang diharapkan dapat berkontribusi pada sektor ekonomi. Ia juga menegaskan pentingnya penguatan para pihak dalam hal tata kelola kehutanan, khususnya di Indonesia. (ARI)