Skip to content Skip to footer

Menemui Si Merah dari Pulau Peling

Setelah mengamati gerak lincah gosong sula di Desa Koyobunga, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Patukuki. Di desa ini, kita bisa menemukan burung unik yang lain, yakni paok sula. Kami bergerak ke Lasa pada pukul 09: 17 WITA.

Lasa adalah lokasi wisata air terjun bertingkat-tingkat yang berada di Desa Patukuki dan dikelola secara swadaya oleh Amran dan masyarakat setempat. Nama Lasa diambil dari nama jamur dalam bahasa Banggai. Berdasarkan hal tersebut, Amran berharap dapat membudayakan upaya pengelolaan wisata yang mempertimbangkan kelestarian alam. Logo mereka gunakan menggambarkan konsep konservasi yang dapat dinikmati generasi yang akan datang.

Keunggulan Lasa ternyata tidak hanya air terjunnya, tapi juga lokasi pengamatan burung paok sula atau Pitta erythrogaster. Si cantik merah ini adalah spesies endemis Indonesia yang hanya dapat ditemukan di Kepulauan Sula dan Banggai Kepulauan. Mereka menghuni hutan hujan tropis dan subtropis, baik di dataran rendah maupun di pegunungan.

“Tidak hanya paok sula yang bisa kita amati di sini. Kalau beruntung bisa dapat gagak banggai, walik banggai, elang-ular sulawesi, cekakak merah, atau kuskus kerdil banggai,” jelas Amran kepada saya.

Paok sula di Lasa, Pulau Peling (Foto: Burung Indonesia/Eunike Taroreh)

Rute menuju lokasi pengamatan paok sula harus menelusuri lereng-lereng terjal khas topografi pegunungan karst. Curam dan licin. Setelah tiba, kami sesekali bercanda untuk melepas lelah dan mengatur nafas yang sepertinya tersisa di tenggorokan.

Kurang lima belas menit, si cantik merah dengan ukuran mungil meloncat dan sesekali terbang dengan cepat memakan pakan yang disiapkan oleh Amran. Saya terpukau melihat warna indah dan ukurannya yang sangat unik. Sesekali dia meloncat dengan mengeluarkan suara khas. Siulan bergetar dua nada, meninggi di bagian awal, dan ratapan menurun di bagian akhir.

Delapan pasang mata dengan senyuman sumringah menikmati tingkah lakunya. Suasana dalam area pengamatan memang selalu buat perasaan tidak karuan, dengan posisi yang tidak boleh banyak gerak dan harus hening buat saya semakin menikmati dan tertantang. Saking senangnya waktu menunjukkan pukul 12.30 WITA, kurang lebih satu jam kami di hipnotis paok sula.

Kami beranjak pulang!

Cerita oleh:
Eunike Priskila Grace Taroreh
Community Facilitator Burung Indonesia

Tim Burung Indonesia di lokasi pengamatan burung paok sula (Foto: Burung Indonesia)
id_ID