Indonesia merupakan negara terkaya dalam hal jumlah jenis burung endemis dan masuk dalam peringkat empat besar dunia untuk kekayaan jenis burung secara keseluruhan. Bahkan berdasar kajian Daftar Merah BirdLife International, Indonesia memiliki setidaknya 48 jenis burung yang teridentifikasi sebagai jenis baru pada 2014 ini. Dengan demikian, jumlah jenis burung di tanahair pada penghujung 2014 diperkirakan mencapai lebih dari 1650 jenis.
Sayangnya, banyak di antara jenis-jenis yang hanya ada di Indonesia itu terancam punah. “Dari 380 jenis burung endemis yang ada di tanahair, 74 di antaranya berstatus terancam punah,” tutur Agus Budi Utomo, Direktur Eksekutif Burung Indonesia.
Padahal kekayaan jenis tersebut sepantasnya menjadi kebanggaan kita dan setiap elemen masyarakat tergerak melestarikannya. Terlebih dengan kecantikan bulu, kemampuan terbang, naluri navigasi, serta kemerduan suaranya, burung juga memberikan inspirasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan kita termasuk tradisi, seni, dan budaya di Indonesia. Namun, sebagian besar masyarakat masih awam dengan kekayaan yang kita miliki itu.
Karena itu melalui kegiatan Merayakan Keragaman Burung di Indonesia yang dilangsungkan di Kebun Raya Bogor pada 30 Agustus 2014 lalu, Burung Indonesia mengajak masyarakat, khususnya anak-anak mengenali dan mencintai burung khas Indonesia. Kegiatan yang didukung PT Goodyear Tbk itu diisi dengan acara mendongeng dan lomba menggambar burung dan diikuti setidaknya 100 anak sekolah dasar se-Kota Bogor.
Melalui dongeng dan lomba menggambar burung, anak-anak diharapkan dapat mengenal dan mencintai burung khas Indonesia. Dengan demikian, generasi mendatang akan tergerak untuk melestarikan jenis-jenis tersebut sehingga terhindar dari kepunahan.
Untuk acara ini, Burung Indonesia mendatangkan pelukis naturalis spesialis burung dan alam asal Portugal, Paulo Alves. Dongeng mengisahkan tentang perjalanan Paulo menjumpai dan mengenal lebih dekat salah satu jenis burung khas Indonesia, elang jawa (Nisaetus bartelsi).
Elang jawa merupakan burung endemis Jawa yang saat ini terancam punah. Menurut data BirdLife International, populasi burung yang kerap diidentikkan dengan Garuda itu saat ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 300—500 individu dewasa di alam. Elang jawa diangkat sebagai tokoh dalam dongeng ini mengingat paling dekat habitatnya dengan para peserta.
Acara mendongeng disertai dengan ilustrasi yang digambar langsung oleh Paulo. Pelukis yang memiliki latarbelakang pendidikan di bidang ekowisata itu berpendapat lukisan bisa menjadi sarana penghubung manusia dengan alam.
Dalam dongeng elang jawa, selain untuk lebih menarik perhatian anak-anak, ilustrasi juga dimaksudkan agar mereka memiliki gambaran tentang seluk-beluk si burung pemangsa. Di akhir cerita, sang elang jawa juga menyampaikan pesan kepada anak-anak untuk turut melestarikan burung-burung di Indonesia. (Tri Susanti)