Bagi burung-burung air, Indonesia merupakan salah satu surga. Memiliki garis pantai yang panjang, menjadi lokasi terbaik bagi burung air penetap bahkan pendatang. Meski demikian, surga bagi burung air ini kian terancam dengan keberadaan sampah-sampah plastik yang berserakan di bibir pantai. Pantai Kharisma yang berada Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Banten menjadi salah satu habitat bagi burung-burung air.
Pantai tersebut juga menjadi lokasi pelaksanaan Asian Waterbird Census (2024) yang dilaksanakan oleh Burung Indonesia pada tanggal 17-18 Februari 2024. Pada kegiatan itu tercatat ada sembilan spesies burung, di antaranya ada sebanyak 350 individu cerek kernyut (Pluvialis fulva), 30 individu kedidi putih (Calidris alba), 80 individu cerek jawa (Charadrius javanicus), 50 individu cerek-pasir tibet (Anarhynchus atrifrons), dua individu gajahan eurasia (Numenius arquata), dua individu kowak-malam abu (Nycticorax nycticorax), empat individu kokokan laut (Butorides striata), satu individu cerek-pasir besar (Anarhynchus leschenaultii). Sayangnya pantai yang menjadi tempat bagi burung-burung ini dipadati oleh sampah-sampah yang terbawa oleh ombak.
Menurut Biodiversity and Conservation Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid, sampah dapat berdampak secara langsung dan tidak langsung kepada burung. Contoh dampak sampah kepada burung secara langsung seperti jaring bekas nelayan yang dapat memerangkap burung.
“Burung yang terperangkap di bekas jaring besar kemungkinan akan mengalami cedera, kehilangan banyak energi ketika berusaha lepas dari jeratan jaring, tidak dapat berburu sehingga mengalami dehidrasi dan kelaparan, tenggelam, dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian,” tuturnya.
Kemudian, burung yang mencari makan di area dengan banyak sampah dapat meningkatkan risiko sampah tertelan secara tidak sengaja. Dalam beberapa kasus bahkan burung dengan sengaja menelan potongan sampah anorganik karena memiliki bentuk, warna, dan aroma yang menyerupai makanannya.
Sampah juga dapat memberikan dampak kepada burung dengan cara menyerang habitatnya. Sampah pada suatu habitat dapat berpengaruh pada penurunan kelimpahan burung. Dalam jangka panjang, akumulasi sampah dapat berpengaruh pada perubahan komunitas burung hingga penurunan populasi spesies burung tertentu yang sensitif terhadap keberadaan sampah.
Salah seorang peserta Asian Waterbird Census Burung Indonesia, Rangga Yudha Nagara menyayangkan hamparan pasir pantai yang menjadi habitat burung-burung malah tertutup oleh hamparan sampah. Menurutnya, untuk mengembalikan tempat itu menjadi kembali bersih dari sampah memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. “Kita semua berharap habitat burung-burung terhindar dari ancaman seperti sampah plastik. Sangat disayangkan jika habitat burung malah tertutup sampah,” katanya.