Taman Nasional (TN) Kutai di Kalimantan Timur menyimpan pesona hutan hujan tropis yang sesungguhnya. Meski lebih umum dikenal sebagai habitat orangutan morio (Pongo pygmaeus morio), taman nasional seluas 198.629 ha ini juga menjadi rumah bagi 330 jenis burung, 80 jenis mamalia, 11 jenis primata, 134 jenis kupu-kupu dan serangga lain serta beragam jenis amfibi, reptil dan ikan air tawar.
Salah satu kelompok burung yang menghuni TN Kutai dan memiliki arti penting bagi masyarakat setempat yaitu rangkong. Berdasar hasil inventarisasi burung TN Kutai pada 2012, dari delapan jenis rangkong yang ada di Kalimantan, lima jenis di antaranya hidup di taman nasional ini. Jenis tersebut yaitu julang emas Aceros undulatus, julang jambul-hitam Aceros corrugatus, kangkareng perut-putih Anthracoceros albirostris, kangkareng hitam Anthracoceros malayanus, dan enggang klihingan Annorhinus galeritus.
Namun, seperti jenis-jenis hewan lain di kawasan tersebut, keberadaan burung berparuh besar ini dikhawatirkan terganggu oleh keberadaan Jalan Poros Bontang-Sangatta. Jalan raya yang membelah Taman Nasional Kutai ini secara langsung memberi tekanan pada ekosistem dengan memberi peluang munculnya perambah di sepanjang jalan.
Hal ini terlihat dari hasil pengamatan kami, Tim Borneo Undercover Keluarga Mahasiswa Pencinta Alam Ganesha Institut Teknologi Bandung (ITB) pada akhir Januari-awal Februari 2014 lalu. Dalam pengamatan selama 6 hari di dua lokasi di kawasan TN Kutai yaitu Sangkima dan Prevab hanya beberapa jenis rangkong yang terlihat. Di hutan Sangkima, hanya dua jenis rangkong yang kami amati yaitu kangkareng hitam dan kangkareng perut-putih. Sementara di Prevab, ada tiga jenis rangkong yang teridentifikasi dan ada jenis lain yang melintas namun tidak sempat kami identifikasi.
Jenis yang dapat kami identifikasi meliputi julang emas, julang jambul-hitam dan kangkareng perut-putih. Selain itu, kami juga menjumpai keempat jenis rangkong tersebut di luar lokasi dan waktu pengamatan. Jenis rangkong yang kami jumpai di Prevab lebih banyak karena di area ini terdapat pohon ara Ficus sp yang sedang berbuah lebat. Buah ara merupakan pakan favorit beragam jenis burung termasuk rangkong.
Secara umum, julang emas merupakan jenis yang paling sering kami jumpai yaitu sebanyak 11 kali perjumpaan di Prevab dan 11 kali di luar waktu pengamatan. Sementara di Sangkima hanya kangkareng hitam dan kangkareng perut putih yang terlihat lantaran kondisi habitat di area ini hanya sesuai untuk kedua jenis tersebut. Hutan di Sangkima termasuk area yang tersentuh Jalan Poros Bontang-Sangatta sehingga didominasi area bekas tebangan dengan tajuk terbuka.
Beberapa jenis rangkong lain seperti rangkong gading membutuhkan hutan lebat bertajuk rapat sehingga kondisi habitat di Sangkima tidak cocok untuk jenis tersebut. Jenis rangkong Kalimantan lain seperti rangkong badak Buceros rhinoceros, rangkong gading Buceros vigil, enggang jambul Aceros comatus, dan enggang klihingan Anorrhinus galeritus tidak teramati sama sekali. Kemungkinan, hal ini disebabkan karena kawasan timur TN Kutai yang sudah terfragmentasi.
Menurut Pak Bastar, warga asli Kutai sekaligus mantan Polisi Hutan yang hafal betul seluk-beluk TN Kutai sejak era 1970-an, dulu rangkong mudah dijumpai di kawasan ini. Pada masa itu, setidaknya lima jenis rangkong, termasuk di antaranya rangkong badak dan enggang gading selalu hilir-mudik di hutan. “Namun, sejak marak pembalakan liar, rangkong badak dan enggang gading sulit ditemui di TN Kutai,” ujarnya.
Dalam menelusuri keberadaan rangkong di TN Kutai kami juga sempat mengunjungi Tanjung Bara, kawasan permukiman di area tambang milik PT Kaltim Prima Coal yang terletak di batas utara TN Kutai. Pemukim di area tersebut menuturkan bahwa rangkong sering datang “berkunjung” dan tidak takut berdekatan dengan manusia.
Benar saja, saat tiba di area ini, kami berjumpa dengan kangkareng perut-putih. Burung yang memiliki bulu dominan hitam dengan paruh dan perut putih ini sedang bertengger di salah satu pohon dan hanya berjarak sekitar 10 m dari lokasi kami berdiri. Menurut orang-orang di Tanjung Bara, masih banyak jenis rangkong lain yang kerap mampir, sayangnya mereka tidak tahu jenisnya.
Kemungkinan rangkong-rangkong tersebut betah karena kawasan PT Kaltim Prima Coal ini memiliki penjagaan sangat ketat sehingga tidak terjamah pemburu maupun pembalak liar. Keberadaan rangkong di Tanjung Bara ini memberikan secercah harapan. Kami berharap, jenis rangkong lain yang tidak berhasil kami amati masih hidup dengan damai di zona inti dan zona rimba TN Kutai yang tidak terjamah.*