Satwa liar identik dengan hutan, taman nasional, dan sejenisnya. Memang, sebagian besar jenis satwa liar seperti gajah, orangutan, dan burung kakatua hidup di hutan. Namun, bukan berarti tidak ada satwa lain yang memilih habitat di luar hutan. Bahkan di perkotaan pun kita masih bisa menjumpai satwa liar.
Di Hutan Kota Ahmad Yani, Bogor, misalnya, kita bisa menjumpai 30 jenis burung liar. Selain itu ada juga bajing, bunglon, ular pucuk, dan luwak,” tutur Jihad, Bird Conservation Officer Burung Indonesia dalam acara pameran foto dan talkshow ‘Wildlife Photography’ di Botani Square, Bogor, 23 Agustus 2015.
Pada acara yang digelar oleh Burung Indonesia bekerjasama dengan Botani Square Mall dan National Geographic Indonesia tersebut, Wakil Walikota Bogor, Usmar Hariman menjelaskan bahwa Hutan Kota Ahmad Yani merupakan ruang terbuka hijau yang didesain agar tidak hanya mempertimbangkan kaidah estetis melainkan juga ramah burung dan hidupan liar lain.
Dalam desain hutan kota ini, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor menggandeng Burung Indonesia. Organisasi pelestari burung liar dan habitatnya ini melakukan survei tentang jenis tumbuhan maupun burung yang ada di lokasi tersebut dan memberikan rekomendasi pemilihan tanaman untuk memperkaya keragaman hayati yang ada.
Selain menciptakan lingkungan yang lebih baik, keberadaan ruang terbuka hijau yang mempertimbangkan fungsi ekologis ini juga memungkinkan para penghobi fotografi untuk berburu foto satwa tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Riza Marlon, fotografer satwa liar terkemuka di Indonesia yang karya-karyanya dipamerkan dalam acara ini bahkan kerap berburu foto di pekarangan rumahnya. “Saya bisa mendapatkan foto belasan jenis burung hanya dengan menunggu di pekarangan,” ujarnya.
Di antara satwa liar yang mudah dijumpai dan menjadi objek fotografi di perkotaan tersebut, burung paling dominan. Burung merupakan salah satu kelompok hewan yang tersebar luas dan dapat dijumpai di semua habitat, mulai dari daerah kutub yang sangat terisolasi hingga daerah perkotaan yang ramai oleh aktivitas manusia.
Burung juga memiliki warna tubuh menarik, suara merdu, dan secara kultural sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. dalam siklus kehidupannya burung-burung yang hidup di perkotaan juga diketahui memanfaatkan struktur buatan manusia, serta berbagai jenis tumbuhan yang ditanam oleh manusia. Sebagai contoh: burung serak jawa yang memanfaatkan gedung dan gudang tua, burung layang-layang yang memanfaatkan kabel telepon atau listrik dan gedung-gedung di perkotaan, serta burung cabak yang memanfaatkan lampu penerangan jalan untuk mencari makan.
Karena satwa liar terutama burung yang hidup di perkotaan sudah terbiasa dengan manusia, mereka umumnya lebih “berani”. Tak seperti burung hutan yang lebih pemalu dan sulit didekati. Sehingga, peralatan yang dibutuhkan untuk memotret burung-burung di daerah perkotaan pun jauh lebih praktis. Tak harus kamera berlensa panjang yang digunakan, kamera saku pun dapat dimanfaatkan untuk memotret beberapa jenis burung di perkotaan seperti burung gereja, tekukur, dan kutilang. Hal ini tentunya juga memudahkan bagi fotografer satwa liar pemula.*