Skip to content Skip to footer

Cekakak-pita Biasa, “Dewi Laut” yang Dikagumi Alfred Russel Wallace

Cekakak-pita biasa (Tanysiptera galatea) merupakan jenis burung yang berasal dari famili Alcedinidae. Burung raja-udang ini memiliki persebaran yang luas. Di Indonesia, cekakak-pita biasa tersebar di hutan dataran rendah Kepulauan Maluku dan Papua. Karena itu, Badan Konservasi Dunia (IUCN) menentapkan jenis ini sebagai jenis berisiko rendah terhadap kepunahan (Least Concern/LC).

Tanysiptera sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno “tanusipteros” yang berarti “ekor panjang”. Sedangkan kata “galatea” bersumber dari sosok dewi laut dalam mitologi Yunani. Maka tak heran para peneliti menyebut jenis ini dalam bahasa Inggris sebagai common paradise-kingfisher.

Seperti pada jenis cekakak-pita pada umumnya, cekakak-pita biasa memiliki paruh berwarna merah dan bulu-bulu biru metalik yang khas. Namun, tampilan ekornya yang panjang membuat cekakak ini tampil lebih istimewa dibandingkan jenis serupa lainnya.

Cekakak-pita biasa biasanya membuat sarang dari bekas sarang rayap di pohon-pohon besar. Sepasang cekakak-pita biasa memiliki teritori sekitar 0,3-0,5 ha di habitat aslinya dan dikenal cukup agresif dalam mempertahankan wilayah lokasinya bersarang.

Taksonomi cekakak-pita biasa pertama kali dideskripsikan oleh Kepala Seksi Ornitologi British Museum, George Robert Gray pada 1859 berdasarkan koleksi spesimen Alfred Russel Wallacea saat melakukan ekspedisi di bagian barat Papua. Gray pula yang menyematkan Tanysiptera galatea sebagai nama ilmiah cekakak-pita biasa.

Pertemuan dengan Alfred Russel Wallace

Alfred Russel Wallace, nama yang mahsyur karena penjelajahannya di kawasan Nusantara dan penemuan garis Wallacea yang melengkapi puzzle teori evolusi melalui seleksi alam temuan Charles Darwin, mencatat kekagumannya saat pertama kali melihat jenis ini dalam ekspedisinya di Pulau Ambon pada Desember 1857 di buku The Malay Archipelago (1869).

Wallace menilai cekakak-pita biasa adalah salah satu jenis yang paling unik dan indah dari famili Alcedinidae. Ia mengagumi keindahan fisiknya, terutama kedua ekornya yang sangat panjang dan berujung serupa sendok.

“Saya juga mendapatkan satu atau dua spesimen raja-udang Amboyna yang ekornya berbentuk raket. Tanysiptera nais, salah satu spesies yang paling menonjol dan cantik di familinya. Burung ini berbeda dengan raja-udang lainnya—yang  biasanya berekor pendek—karena  bulu di kedua ekornya tengahnya sangat panjang dan berselaput rapat, lalu membesar menjadi bentuk sendok. Ekor semacam ini mirip dengan ekor yang terdapat pada burung motmot dan beberapa jenis burung kolibri. Tanysiptera nais termasuk dalam cabang famili raja-udang, pemakan serangga dan siput darat kecil yang mereka sambar dengan cepat, persis seperti cara burung raja-udang menyambar ikan di air.(Wallace, 1869, terjemahan Tim Komunitas Bambu, 2009: 223)

Ia melanjutkan, “Spesies ini memiliki wilayah persebaran yang sangat terbatas, mencakup Molucca, New Guinea, dan Australia Utara. Sekitar sepuluh variasi spesies burung ini telah ditemukan, satu dengan yang lainnya sangat mirip, tetapi memiliki ciri khas berdasarkan lokasi habitatnya. Spesies dari Amboyna, yang digambarkan dengan akurat di sini, adalah salah satu yang terbesar dan terindah. Panjangnya dari kepala hingga ujung ekor mencapai 17 inci, paruhnya merah menyala, bulu badan bagian bawahnya putih bersih. Warna punggung dan sayapnya ungu kebiru-biruan, sedangkan bulu bahu, kepala, tengkuk dan beberapa bagian di punggung dan sayap, berwarna biru langit. Ekornya berwarna putih dengan pinggiran berwarna biru, tetapi pinggiran bulu ekor yang panjang berwarna biru tua. Mr. G.R. Gray memberi nama spesies baru ini berdasarkan nama dewi laut.”

***

Unduh wallpaper burung edisi Juni 2017 di tautan berikut ini: Cekakak-pita Biasa

Penting untuk diketahui: Dari sekitar 10,000 jenis burung yang ada di dunia, Indonesia merupakan rumah bagi 1,769 jenis burung liar. Mengetahui beragam jenis burung beserta jasa lingkungannya merupakan salah satu cara menghargai kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Search

Burung Indonesia adalah anggota kemitraan global BirdLife International
© 2022 Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia)

en_USEnglish