Burung mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Keberadaannya di rantai makanan juga berperan sebagai pemburu serangga dan hama untuk dimakan. Serangga yang berada di sepanjang jalur migrasi burung turut menyumbang peran penting sebagai sumber makanan burung pemakan serangga. Sayangnya, penggunaan pestisida pada tanaman mengancam kelangsungan hidup serangga dan burung yang memakannya.
Biodiversity & Conservation Senior Officer Burung Indonesia, Jihad mengatakan bahwa serangga merupakan sumber pakan utama bagi spesies-spesies burung pemakan serangga yang bermigrasi seperti sikatan, anis, bentet loreng, cikrak, dan spesies lainnya. Serangga ada di sepanjang rute migrasi yang terdiri dari ladang, hutan, lahan basah, dan lokasi lainnya. Keberadaan yang tersebar inilah membuat hewan tersebut digunakan sebagai makanan bagi burung yang sedang bermigrasi untuk mengisi cadangan energi mereka sebelum melanjutkan perjalanan.
Saat ini penggunaan pestisida untuk pertanian dan perkebunan lumrah dilakukan. Masalahnya adalah ketika pestisida digunakan secara berlebihan sehingga memengaruhi kelangsungan hidup serangga. Jihad mengatakan bahwa terdapat beberapa kajian menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak ramah lingkungan dapat mengurangi bahkan menghilangkan populasi berbagai jenis serangga.
Terdapat satu publikasi pada 1962 berjudul “Silent Spring”. Rachel Carson, sang penulis pada 1962 dengan cermat menggambarkan bagaimana pestisida DDT (diklorodifeniltrikloroetana/dichlorodiphenyltrichloroethane) memasuki rantai makanan dan terakumulasi dalam jaringan lemak hewan, termasuk manusia, dan menyebabkan kanker serta kerusakan genetik.
Pestisida dan herbisida yang dirancang untuk melindungi tanaman dapat membahayakan serangga yang menjadi sumber makanan burung. Burung migrasi secara langsung dapat terpengaruh pestisida dari akumulasi residu yang ada di dalam tubuh mangsanya, seperti serangga.
Biodiversity and Conservation Officer Burung Indonesia, Achmad Ridha Junaid turut menambahkan bahwa keberadaan pestisida juga dikonsumsi oleh burung air. Hal ini bisa terjadi karena ikan dan kerang yang menjadi makanannya terkontaminasi pestisida yang larut ke air.
Menurut Ridha, pestisida yang masuk ke dalam tubuh burung dalam jumlah besar menyebabkan gangguan pencernaan dan penurunan kemampuan reproduksi. Akibatnya, kemampuan reproduksi menurun, laju perkembangbiakan menurun.
Bagi burung migrasi, pestisida yang mengendap di tubuh bisa lebih signifikan dampaknya, karena bisa saja intake pestisida terlalu besar menyebabkan kegagalan bermigrasi untuk pulang. Kegagalan bermigrasi untuk pulang ke tempat asalnya, jelas membuat peluang untuk reproduksi sangat sedikit. Sehingga bisa berakibat populasi spesies burung migrasi tertentu menurun.
Ridha juga menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara pengguna pestisida tertinggi. Penggunaan pestisida yang berlebihan bisa menyebabkan penurunan kualitas tanah, kerusakan keseimbangan ekosistem perairan, dan bisa juga berdampak buat kesehatan manusia pada jangka panjang melalui rantai makanan.