Bulan Januari merupakan waktu yang sangat tepat untuk melaksanakan kegiatan Sensus Burung Air Asia (Asian Waterbird Census) yang digelar di berbagai negara di Benua Asia dan Australia tiap tahun. Maka dari itu,Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia)turut melaksanakan kegiatan tersebut dengan melibatkan anggota Burung Indonesia dan masyarakat umum. Program Asian Waterbird Census (AWC) 2022 dilaksanakan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada (29/1).
Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid mengatakan, pengamatan ini juga dilakukan sebagai upaya agar masyarakat memiliki alternatif untuk melestarikan burung. Menurutnya, bisa melakukan pengamatan langsung tidak hanya memeliharanya.
“Selain melakukan perhitungan, para peserta AWC nantinya akan belajar tentang habitat dan ancaman yang sedang terjadi kepada burung dan habitatnya,” tuturnya, Sabut (29/1).
Asian Waterbird Census adalah kegiatan citizen science yang dilakukan di lokasi-lokasi lahan basah untuk melakukan perhitungan burung air penetap dan burung air migran. Pelaksanaan AWC yang dilakukan oleh Burung Indonesia bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang keragaman burung, agar kepdulian untuk menjaga habitatnya dapat semakin masif dilakukan. Selain melakukan perhitungan, para peserta AWC nantinya akan belajar tentang habitat dan ancaman yang sedang terjadi kepada burung dan habitatnya.
Ridha menjelaskan, Rambut dipilih sebagai lokasi pelaksanaan AWC karena menjadi salah satu dari 228 Daerah Penting bagi Burung dan Keragaman Hayati di Indonesia, juga kawasan penting bagi kelestarian dan fungsi lahan basah di dunia (Ramsar Site). Palau yang bersebelahan dengan Pulau Untung Jawa juga menjadi tempat singgah bagi burung migran asal Pulau Christmas, Australia, yakni cikalang christmas yang berstatus Kritis oleh Badan Konservasi Dunia atau International Union for Concervation of Nature (IUCN).
“Pulau ini secara umum memiliki peranan penting dari sekian persen populasi global dari spesies burung yang akan punah,” imbuhnya.
Selain itu, pulau yang memiliki luas 45 hektare ini juga menjadi tempat berkembang biak bagi salah satu burung air terancam punah yakni bangau bluwok. IUCN menetapkan burung ini berstatus Genting. Diperkirakan, populasi bangau bluwok secara global berjumlah sekitar 1.500 individu (IUCN), sekitar 100 individu di antaranya dapat dijumpai di Pulau Rambut. Maka dari itu, pengamatan ini sangat penting untuk memberikan pesan kepada berbagai elemen masyarakat dan pemerintah untuk melindungi Pulau Rambut dan keragaman hayati di dalamnya. Hal ini dilakukan agar burung-burung yang sangat luar biasa dapat bertahan ke generasi mendatang.