Burung-madu matari termasuk dalam keluarga burung madu, yang cukup akrab dengan kehidupan masyarakat Nusa Tenggara. Jenis ini menghuni rumpun perdu, tepi hutan, lahan budidaya, dan taman-taman dekat kota.
Burung-madu Matari (BI/Feri Irawan)
Masyarakat Mbeliling, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, menjulukinya “Peti” yang dalam bahasa lokal berarti burung kecil. Ini dikarenakan, ukuran tubuhnya yang mungil sekitar 11 cm, memudahkannya berpindah dari satu ranting ke ranting lain. Tak jarang, ia berakrobatik ria kala berada di kelopak bunga saat mencari nektar.
Ternyata, sebutan “Peti” tidak hanya merujuk pada jenis bernama latin Nectarinia solaris ini saja. Melainkan juga, untuk semua jenis burung berukuran kecil yang sering dilihat oleh masyarakat setempat. Untuk itu, bila ingin bertanya tentang burung-madu matari, ada baiknya menunjukkan gambar atau fotonya.
Burung-madu matari merupakan tipikal burung yang setia pada pasangannya. Saat musim berbiak, biasanya sang betina akan membuat sarang dari rerumputan kering dan serat tumbuhan yang dipadu dengan jaring laba-laba sebagai perekat. Di dalam sarang yang berbentuk kubah menggantung itulah sang betina bertelur yang jumlahnya sekitar dua butir. Sementara, sang jantan bertugas mengawasi dan memastikan keamanan sarang dari para pengganggu serta membantu membesarkan anak.
Secara umum, sang jantan memiliki warna terang pada bulu dada dan hijau mengkilap mulai dahi hingga tenggorokan. Warna bulu sang jantan ini kerap digunakan sebagai pembeda untuk sesama anggota keluarga burung madu. Sementara, sosok si betina kadang membuat kita ragu karena warnanya yang agak menyerupai kerabat dekatnya yaitu burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) yang juga menempati relung yang sama.
Silakan unduh wallpaper Edisi Januari 2014 (Burung-madu Matari)